PERSEBARAN FLORA DAN FAUNA DIINDONESIA DAN DUNIA
1. Individu : makhluk hidup tunggal yang umumnya
berdiri sendiri dan menemukan makanannya sendiri.
2. Populasi : kumpulan dari individu sejenis yang
hidup dan berkembang biak di suatu wilayah tertentu.
3. komunitas : Kumpulan populasi (makhluk hidup)
yang terdiri dari bermacam-macam spesies dan terdapat saling ketergantungan
antar populasi
4. Ekosistem : suatu sistem yang meliputi komponen
tumbuh-tumbuhan, hewan, dan lingkungan fisik sebagai tempat hidupnya.
Komponen Ekosistem :
1. Komponen makhluk hidup (Biotik)
1) Tumbuhan : sebagai produsen
2) Hewan : sebagai konsumen
a. Herbivora : hewan pemakan tumbuhan
b. Karnivora : hewan pemakan daging
c. Omnivora : hewan pemakan tumbuhan dan daging
d. Pengurai :
ü Detritivor : cacing, semut, rayap
ü Dekomposer : bakteri dan jamur
2. Komponen tidak hidup (abiotik):lingkungan fisik
1) Tanah ditambah
dengan unsur-unsur anorganik yang
terdapat di dalamnya(O2, H2, H2O, N2, Fe, K
, Ca, Au, Ag, Hg, Sn, Cu, S, dll)
2) Air
3) Udara/Iklim
Karakteristik bioma :
1. Pada setiap bioma, ada suatu komunitas klimaks ;
komunitas (satuan kehidupan) yang sudah mencapai perkembangan maksimal sehingga
jika terjadi perubahan, perubahan itu tidak tampak lagi.
2. Dalam komunitas tersebut, ada suatu bentuk vegetasi utama
yang mendominasi kawasan tersebut. Contohnya hutan hujan tropik, gurun, hutan
gugur daun, hutan berdaun jarum, dan padang rumput.
3. Komunitas
tersebut stabil sepanjang masa, kecuali terdapat kejadian tiba-tiba yang
mengganggu kestabilan komunitas, seperti bencana alam, wabah penyakit, atau
gangguan manusia.
4. Bioma terbentuk karena adanya kumpulan ekosistem yang
berbeda pada suatu iklim atau wilayah geografis.
5. Setiap bioma dicirikan oleh bentuk kehidupan tumbuhan dan
hewan yang berbeda.
6. Bioma biasanya memiliki wilayah yang luas.
Tekstur (Ukuran Butiran Tanah)
Tingkat Kegemburan Tanah
Tanah-tanah yang gembur jauh lebih baik jika dibandingkan dengan
tanah-tanah yang padat. Tanah yang gembur memudahkan akar tumbuhan untuk
menembus tanah dan menyerap mineral-mineral yang terkandung dalam tanah. Oleh
karena itu, para petani sering membajak tanahnya dengan tujuan agar tanah tetap
gembur dan tingkat kesuburannya dapat tetap terjaga.
Mineral Organik
Humus merupakan salah satu mineral organik yang berasal dari jasad renik
makhluk hidup yang dapat terurai menjadi tanah yang subur dan sangat diperlukan
bagi pertumbuhan suatu vegetasi.
Mineral Anorganik (Unsur Hara)
Mineral anorganik adalah mineral yang berasal dari
hasil pelapukan batuan yang terurai dan terkandung di dalam tanah yang
dibutuhkan tumbuhan seperti karbon (C), Hidrogen(H2), Oksigen (O2),
Nitrogen (N), Belerang (S), Fosfor (P), Kalsium (Ca), dan Kalium (K).
Kandungan Air Tanah
Air yang terdapat di dalam tanah terutama air tanah permukaan dan air tanah dangkal merupakan salah satu unsur pokok bagi pertumbuhan dan perkembangan vegetasi. Air sangat membantu dalam melarutkan dan mengangkut mineral-mineral yang terkandung dalam tanah sehingga mudah diserap oleh sistem perakaran pada tumbuhan.
Kandungan Udara Tanah
Kandungan udara di dalam tanah antara tanah di lahan tertentu dengan lahan lainnya berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena tingkat kegemburan tanah yang berbeda-beda. Semakin tinggi tingkat kegemburan suatu tanah, semakin besar kandungan udara di dalam tanah. Kandungan udara di dalam tanah diperlukan tumbuhan dalam respirasi melalui sistem perakaran pada tumbuhan.
c. Faktor Topografi/Fisiografis
Bentang alam muka bumi dapat menghambat persebaran flora dan fauna seperti samudera, padang pasir, sungai dan pegunungan.
Wilayah ini dijumpai tanaman yang berjenis pendek, contoh: edelweis.
Tidak ada tanaman yang dapat hidup.
2. Faktor biotik/biologis :
Kondisi lingkungan yang cocok untuk
hidup serta persediaan bahan makanan yang melimpah menjadi faktor penghambat flora dan fauna dalam bermigrasi. Hal ini berkaitan dengan kecocokan
dengan kondisi alam.
Faktor Biotik (Makhluk Hidup ) : manusia,
hewan, dan tumbuhan.
1) Manusia
Melakukan rekayasa genetika.
Memelihara /membudidayakan tumbuhan dan hewan di luar habitatnya.
Mengubah bentang alam menjadi bentang budidaya/budaya (hutan menjadi areal pertanian, areal pertanian menjadi permukiman/jalan/sekolah/pusat perbelanjaan, dan lain-lain).
Melakukan perlindungan terhadap hewan dan tumbuhan.
2) Hewan
- burung-burung liar di sekitar tempat tinggal sebagian besar memakan biji-bijian yang dihasilkan
oleh tanaman. Tanaman yang banyak
didatangi burung saat tanaman tersebut berbuah. Pohon beringin merupakan salah satu tanaman yang disukai burung.
Burung-burung tersebut memakan biji beringin yang telah matang, lalu burung
tersebut tanpa sadar ternyata telah menyebarkan tanaman beringin melalui biji
yang masuk ke dalam tubuh burung lalu keluar bersama kotorannya. Pencernaan
burung ternyata tidak mampu memecah kulit keras biji-biji tertentu sehingga
biji tersebut keluar bersama kotoran. Biji yang keluar bersama kotoran tersebut apabila berada di habitat
yang cocok akan tumbuh menjadi
tanaman baru.
- Musang menyebarkan pohon enau dan kopi yang keluar bersama kotorannya.
- Kelelawar, tupai membantu penyebaran biji tumbuhan.
- Serangga (kupu-kupu, lebah, kumbang) membantu proses penyerbukan pada tanaman.
3) Tumbuhan
- Tumbuhan yang
berukuran besar merupakan pelindung bagi tumbuh-tumbuhan kecil.
- Tumbuhan besar dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan epifit
dan parasit yang hidup menempel di batang pohonnya seperti anggrek, benalu, dan
pakis.
- Tumbuhan berperan menyuburkan
tanah melalui daun-daun yang membusuk (humus).
(Amerika Utara, Eropa, Asia bagian utara, dan Asia bagian tengah) dan Gondwana di bagian selatan (Amerika Selatan, Afrika, India, Australia, dan Antartika).
Keanekaragaman dan persebaran flora dan fauna bumi selanjutnya juga dipengaruhi oleh adanya periode glasiasi (periode pencairan es) dan periode interglasial (periode kering yang panjang) yang menyebabkan banyak jenis flora dan fauna berevolusi dan suksesi/regenerasi akibat adanya perubahan musim tersebut.
Penyebab Persebaran
1. Tekanan Populasi, semakin banyak /bertambahnya populasi akan menyebabkan kebutuhan akan persediaan bahan makanan menjadi semakin sulit dipenuhi sehingga menyebabkan migrasi.
2. Persaingan, ketidakmampuan fauna dalam bersaing dalam memperebutkan wilayah kekuasaan dan bahan makanan yang dibutuhkan juga mendorong terjadinya migrasi ke daerah lain.
3. Perubahan habitat, berubahnya lingkungan tempat tinggal dapat menyebabkan ketidakmampuan dalam beradaptasi terhadap perubahan tersebut dan menjadi merasa tidak cocok untuk terus menempati daerah asal.
Sarana Persebaran
1. Udara, dengan media udara fauna dapat bermigrasi dari kekuatan terbang sedangkan flora dapat menggunakan angin untuk bermigrasi dari berat- ringannya benih.
2. Air, kemampuan fauna dalam berenang terutama hewan-hewan air menyebabkan perpindahan mudah terjadi. Benih tumbuhan dapat terangkut dan berpindah tempat dengan menggunakan media aliran air sungai atau arus laut.
3. Lahan, hampir semua fauna daratan menggunakan lahan sebagai media untuk berpindah tempat.
4. Pengangkutan Manusia, baik secara sengaja ataupun tidak manusia dapat menyebabkan perpindahan flora dan fauna.
Hambatan (barier) Persebaran
- Hambatan Iklim, keadaan iklim terutama yang bersifat ekstrim dapat dapat menghambat persebaran misalnya kondisi temperatur, kelembaban udara dan curah hujan.Hambatan Edafik (tanah), tanah sangat berpengaruh bagi tanaman/tumbuhan karena sangat memerlukan unsur-unsur penting dalam tanah yaitu unsur hara, udara, kandungan air yang cukup. Lapisan tanah yang tipis dan keras membuat hewan- hewan yang terbiasa menggali tanah dan bertempat tinggal di dalam tanah memilih mencari daerah yang lapisan tanahnya tebal dan gembur.
- Hambatan Geografis, bentang alam muka bumi dapat menghambat persebaran flora dan fauna seperti samudera, padang pasir, sungai dan pegunungan.
- Hambatan Biologis, kondisi lingkungan yang cocok untuk hidup serta persediaan bahan makanan yang melimpah menjadi faktor penghambat flora dan fauna dalam bermigrasi. Hal ini berkaitan dengan kecocokan dengan kondisi alam.
Bioma Gurun merupakan
bioma yang di dominasi oleh batu/pasir dengan tumbuhan sangat jarang. Bioma ini
paling luas terpusat di sekitar 20 derajat LU, mulai dari Pantai Atlantik di
Afrika hingga ke Asia Tengah. Sepanjang daerah itu terdapat kompleks gurun
Sahara, gurun Arab dan gurun Gobi dengan luas mencapai 10 juta km persegi.
Bioma gurun memiliki ciri-ciri sebagai berikut
1. Curah hujan sangat rendah, <250 mm/tahun dengan intensitas panas matahari sangat tinggi.
2. Tingkat penguapan (evaporasi) lebih tinggi dari curah hujan
3. Air tanah cenderung asin karena larutan garam dalam tanah tidak cenderung berpindah baik karena pencucian oleh air maupun drainase.
4. Tumbuhan yang hidup di daerah gurun umumnya tumbuhan yang mempunyai daun yang kecil seperti duri dan berakar panjang.
- Bersuhu panas sepanjang tahun
- Hujan terjadi secara musiman, dan menjadi faktor penting bagi terbentuknya sabana
- Sabana berubah menjadi semak belukar apabila terbentuk mengarah ke daerah yang intensitas hujannya makin rendah
- Sabana akan berubah menjadi hutan basah apabila mengarah ke daerah yang intensitas hujannya makin tinggi. Pohon yang terdapat di bioma sabana biasanya pohon palem dan akasia.
- Sabana merupakan salah satu sistem biotik terbesar di bumi yang menempati darah luas di Benua Afrika, Amerika Selatan dan Australia. Sabana pada umumnya terbentuk di daerah tropik sampai subtropik.
1. Herbifora : Kuda, jerapah, zebra, rusa
2. Karnivora : Anjing hutan, singa, dan leopard
3. Bioma
Stepa (Padang Rumput)
Bioma Stepa (Padang
Rumput) terbentang dari daerah tropika sampai ke daerah subtropika yang curah
hujannya tidak cukup untuk perkembangan hutan. Bioma Stepa berbeda dengan Bioma
Sabana. Perbedaan yang cukup antara Stepa dengan Sabana adalah :
- Pada bioma Sabana merupakan padang rumput yang diselingi oleh kumpulan pepohonan besar, sedangkan pada bioma Stepa merupakan padang rumput yang tidak di selingi oleh kumpulan-kumpulan pepohonan, kalaupun ada hanya sedikit saja pepohonan yang ada.
- Curah hujan sangat tinggi, lebih dari 2.000 mm/tahun
- Pohon-pohon utama memiliki ketinggian antara 20 – 40 m.
- Cabang pohon berdaun lebat dan lebar serta selalu hijau sepanjang tahun
- Mendapat sinar matahari yang cukup, tetapi sinar matahari tersebut tidak mampu menembus dasar hutan.
- Mempunyai iklim mikro di lingkungan sekitar permukaan tanah/di bawah kanopi (daun pada pohon-pohon besar yang membentuk tudung)
- Mempunyai musim dingin yang cukup panjang dan musim kemarau yang panas dan sangat singkat
- Selama musim dingin, air tanah berubah menjadi es dan mencapai 2 meter di bawah permukaan tanah
- Jenis tumbuhan yang hidup sangat sedikit, biasanya hanya terdiri dari dua atau tiga jenis tumbuhan.
6.
Bioma Tundra
- Hampir semua wilayahnya tertutup oleh salju/es.
- Memiliki musim dingin yang panjang dan gelap serta musim panas yang panjang dan terang. Peristiwa ini terjadi karena gerak semu matahari hanya sampai di posisi 23,5° LU/LS.
- Usia tumbuh tanaman sangat pendek, berkisar antara 30 – 120 hari (1 – 4 bulan) Jenis-jenis vegetasi yang dapat hidup di bioma tundra misalnya lumut kerak, rumput teki, tumbuhan terna, dan semak-semak pendek.
- Pada daerah yang berawa jenis vegetasi yang ada misalnya rumput teki, rumput kapas dan gundukan gambut (hillock tundra).
- Di cekungan yang basah seperti di Greenland terdapat semak salik dan bentula.
- Di tempat yang agak kering ditumbuhi lumut, teki-tekian, ericeceae, dan beberapa tumbuhan yang berdaun agak lebar.
- Di lereng-lereng batu terdapat kerak, lumut dan alga.
7. Hutan
Gugur (Deciduous)
- Curah hujan merata antara 750mm – 1.000 mm pertahun
- Pohon-pohon memiliki ciri berdaun lebar, hijau pada musim dingin, rontok pada musim panas dan memiliki tajuk yang rapat.
- Memiliki musim panas yang hangat dan musim dingin yang tidak terlalu dingin.
- Jarak antara pohon satu dengan pohon yang lainnya tidak terlalu rapat/renggang
- Jumlah/jenis tumbuhan yang ada relatif sedikit
- Memiliki 4 musim, yaitu musim panas-gugur-dingin-semi
2. Persebaran Fauna Dunia
Menjangan Kutub
Rusa Kutub
Kera Hidung Merah
Alpaka
Trenggiling
Kukang
Lama
unta, burung unta, gorila, zebra, jerapah, kuda nil, simpanse, keledai, babon, gazelle, cheetah, badak afrika, gajah afrika, kijang.
1. ASAL KEHIDUPAN
Soal
asal kehidupan tidak menimbulkan keragu-raguan. Ayat tersebut dapat berarti
bahwa tiap-tiap benda hidup, diciptakan dari air sebagai bahan baku,
atau tiap-tiap benda hidup berasal dari air. Kedua arti tersebut di
atas adalah sesuai dengan Sains modern yang mengatakan bahwa kehidupan itu
berasal dari air, atau air itu adalah bahan pertama untuk membentuk sel
hidup. Tanpa air tak akan ada kehidupan. Jika seseorang berbicara tentang
adanya kehidupan dalam suatu planet, lebih dahulu ia bertanya apakah planet itu
mengandung air cukup. Hasil-hasil penyelidikan modern memungkinkan kita
berpikir bahwa benda-benda hidup yang paling kuno adalah termasuk didalamnya
alam tumbuh-tumbuhan. Telah diketemukan lumut-lumut yang berasal daripada
tanah-tanah yang tertua yang diketahui manusia. Unsur-unsur alam binatang muncul
kemudian; binatang juga datang dari lautan.
Yang
kita terjemahkan dengan “air” adalah
kata bahasa Arab Maa’, yang berarti air hujan, air laut atau benda yang encer. Dalam arti
pertama (air hujan) air merupakan unsur yang sangat
perlu untuk kehidupan tumbuh-tumbuhan.
Surat
20 ayat 53:
Artinya: Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah
menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, “dan menurunkan dari langit air
hujan”. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dan
tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.” [Thaahaa: 53]
Ayat
tersebut merupakan ayat yang untuk pertama kali menyebutkan adanya:
pasangan-pasangan dalam alam tumbuh-tumbuhan; kita akan kembali membicarakan
hal ini nanti.
Dalam
arti kedua, yakni Maa’ sebagai barang cair tanpa perincian,
kata tersebut dipakai secara tidak diterangkan lebih lanjut untuk menunjukkan dasar adanya semua binatang.
Surat
24 ayat 45:
Artinya: “Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka
sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian
berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat
kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu.”[An Nuur: 45]
Nanti
akan kita ketahui bahwa kata “Maa'” dapat juga berarti
sperma.
Dengan
begitu maka baik mengenai asal kehidupan pada umumnya, atau unsur yang
menyebabkan munculnya tumbuh-tumbuhan di atas bumi atau asal bibit
binatang, semua ayat-ayat Al-Qur’an yang mengenai asal
kehidupan adalah sesuai dengan Sains modern. Tak ada suatupun yang mendapat tempat dalam Al-Qur’an, diantara
mitos-mitos yang banyak tersiar pada waktu Al-Qur’an diwahyukan.
2.
ALAM TUMBUH-TUMBUHAN
Kita hanya akan membahas tiga ayat.
Surat 16 ayat 10-11:
Artinya: “Dialah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu,
sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya menyuburkan tumbuh-tumbuhan; yang
pada tempat tumbuhnya kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu
dengan air hujan, tanam-tanaman zaitun, kurma, anggur dan segala macam
buah-buahan.”
Surat 6 ayat 99:
Artinya: “Dan Dialah yang menurunkan hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari
tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang
menghijau itu butir yang banyak dan dari mayang kurma, tangkai-tangkai yang
menjulai, (dan dari air itu) Kami keluarkan pula kebun anggur, zaitun dan
delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu
pohonnya berbuah. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda (kekuasaan
Allah) bagi orang yang berfirman.” (Al An’aam: 99)
Surat
50 ayat 9 – 11:
Artinya: “Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu
Kami tumbuhkan dari air itu pohon-pohon dan biji-biji tanam yang diketam, dan
pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun untuk
menjadi rizki kepada hamba-hamba Kami. Dan Kami hidupkan dengan air itu tanah
yang mati (kering) seperti itulah terladinya kebangkitan.” (Qaaf: 9-11)
Di
samping pemikiran-pemikiran secara umum sebagai tersebut di atas, Al-Qur’an
menambahkan pemikiran-pemikiran lain tentang aspek-aspek yang lebih khusus.
KESEIMBANGAN
DALAM ALAM TUMBUH-TUMBUHAN
Surat
15 ayat 19:
Artinya:
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung, dan Kami
tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.” [Al Hijr: 19]
PERBEDAAN HASIL TUMBUH-TUMBUHAN
Surat
13 ayat 4:
Artinya: “Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan dan
kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yarng bercabang dan yang
tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian
tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasa dan bentuknya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
berfikir.” [Ar Ra’d: 4]
Adanya
ayat tersebut di atas menunjukkan keagungan kata-kata Al-Qur’an dari ayat
tersebut tidak menyebutkan kepercayaan pada waktu Al-Qur’an diwahyukan, akan
tetapi menunjukkan kebenaran-kebenaran pokok.
Ada
ayat-ayat lain yang perlu kita perhatikan yaitu ayat-ayat yang membicarakan
reproduksi (perkawinan dan akibat-akibatnya) dalam alam tumbuh-tumbuhan.
(baca: Pernyataan Al-Qur’an Bahwa Semuanya Diciptakan Berpasangan)
Kita
perlu ingat bahwa reproduksi terjadi dalam alam tumbuh-tumbuhan dengan dua cara
sexual dan asexual.
Sesungguhnya
yang dapat kita namakan reproduksi itu hanya yang terjadi dengan cara sexual,
karena reproduksi semacam itu menunjukkan proses biologi yang bertujuan untuk
melahirkan individu baru yang sama dengan individu yang melahirkan.
Adapun
reproduksi asexual hanya merupakan pergandaan, karena reproduksi semacam itu
terjadi dengan pembagian sesuatu organisme. Sesudah organisme itu terpisah, ia
mengalami perkembangan yang akan menjadikannya sama dengan induknya.
Guilliermond dan Mangenot menganggap hal tersebut sebagai kasus pertumbuhan
yang istimewa. Contoh yang sangat sederhana dapat kita jumpai dalam hal seperti
berikut: Satu cabang daripada sesuatu tumbuh-tumbuhan dipotong, ditanam di
tanah yang cukup mendapat air, cabang itu akan hidup sendiri dengan timbulnya
akar-akar baru. Ada tumbuh-tumbuhan yang mempunyai anggota khusus untuk
perkembangan tersebut, ada pula yang mengeluarkan anggota baru yang menyesuaikan
diri seperti biji-biji (yang merupakan hasil reproduksi seksual).
Reproduksi
sexual daripada tumbuh-tumbuhan terjadi dengan hubungan antara unsur-unsur
jantan dan unsur-unsur betina yang bersatu di dalam tumbuh-tumbuhan itu sendiri
atau terpisah di tumbuh-tumbuhan lain. Reproduksi sexual itulah yang disebutkan
dalam Al-Qur’an.
Surat
20 ayat 53:
Artinya: “Yang telah menjadikan bagimu sebagai hamparan dan yang
telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan dan menurunkan dari langit air
hujan, maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dan
tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.” (Thahaa: 53)
Pasangan
adalah terjemahan dan kata bahasa Zauj (jamaknya Azwaj) yang arti pokoknya
sesuatu yang dengan sesuatu lainnya menjadi sepasang. Kata tersebut juga
dipakai untuk sepatu, kita mengatakan sepasang sepatu.
Artinya: “Dan Kami lihat bumi itu kering, kemudian apabila telah
Kami turunkan air atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan
berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.”… (Al Hajj:5)
Surat
31 ayat 10:
Artinya: “Dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan
daripadanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.” (Luqman: 10)
Surat
Yaa Siin ayat 36:
Artinya: Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya,
baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka
maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (QS. 36 :36)
Kita
mengetahui bahwa “buah” adalah hasil proses reproduksi daripada tumbuh-tumbuhan
tingkat tinggi yang mempunyai organisasi (susunan anggota) yang lengkap dan
sangat kompleks. Tahap sebelum menjadi buah adalah bunga dengan anggota jantan
(etamine) dan betina (ovules). Ovul ini setelah menerima “pollen” menghasilkan
buah, dan buah itu sesudah matang menghasilkan biji. Tiap-tiap buah mengandung
arti tentang adanya anggota jantan dan anggota betina. Inilah yang dimaksudkan
oleh ayat tersebut di atas.
Tetapi
kita harus ingat bahwa dalam beberapa pohon, buah dapat dihasilkan oleh bunga
yang tidak dikawin seperti pisang, beberapa macam ananas, tin (fique), orange
dan buah anggur. Buah tersebut tidak berasal dari pohon yang mempunyai jenis
seks.
Selesainya
reproduksi terjadi dengan proses tumbuhnya biji, setelah terbukanya tutup
luar (yang mungkin juga terpadat dalam biji). Terbukanya tutup luar itu
memungkinkan keluarnya akar yang akan menyerap makanan dari tanah. Makanan itu
perlu untuk tumbuh-tumbuhan yang lambat pertumbuhannya, yaitu untuk berkembang
dan menghasilkan individu baru.
Suatu
ayat memberi isyarat kepada pembenihan ini:
Surat
6 ayat 95
Artinya: “Sesungguhnya Allah membelah butir tumbuh-tumbuhan dan biji
buah-buahan.” Dia mengeluarkan yang hidup
dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki
sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling? (Al
An’aam: 95)
Al-Qur’an
yang berulang-ulang menyebut adanya pasangan dalam alam tumbuh-tumbuhan, juga
menyebut adanya pasangan dalam rangka yang lebih umum, dan dengan batas-batas
yang tidak ditentukan.
Surat
36 ayat 36:
Artinya: “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya
baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari
apa-apa yang mereka tidak ketahui.” (Yaasiin: 36)
Kita
dapat mengadakan hipotesa sebanyak-banyaknya mengenai arti hal-hal yang manusia
tidak mengetahui pada zaman Nabi Muhammad. Hal-hal yang manusia tidak
mengetahui itu termasuk di dalamnya susunan atau fungsi yang berpasangan baik
dalam benda yang paling kecil atau benda yang paling besar, baik dalam benda
mati atau dalam benda hidup. Yang penting adalah untuk mengingat pemikiran yang
dijelaskan dalam ayat itu secara gamblang dan untuk mengetahui bahwa kita tidak
menemukan pertentangan dengan Sains masa ini.
Dalam
Al-Qur’an persoalan-persoalan yang ada hubungannya dengan alam binatang menjadi
sasaran pengkritik yang memerlukan kita berhadapan dengan Sains mengenai
hal-hal tertentu.
Tetapi
jika kita tidak menyebutkan ayat yang menyebutkan unsur-unsur alam binatang
dengan maksud supaya manusia memikirkan nikmat besar yang diberikan Allah
kepadanya maka rasanya kita belum memberikan gambaran yang sempurna tentang isi
Al-Qur’an. Ayat di bawah ini kita sebutkan untuk memberi gambaran bagaimana Al-Qur’an
menyebutkan penyesuaian yang harmonis antara penciptaan alam dan hajat-hajat
manusia, yakni manusia di desa-desa .
Artinya: “Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu,
padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan kamu
makan (apa yang dapat dimakan) daripadanya. Dan kamu memperoleh pandangan yang
indah padanya ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu
melepaskannya ke tempat penggembalaan. Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu
negeri yang kamu tak sanggup sampai kepadanya melainkan dengan
kesukaran-kesukaran yang memayahkan diri. Sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha
Pengasih dan Penyayang. Dan Dia telah menciptakan kuda, bagal dan keledai agar
kamu menungganginya dan menjadikannya perhiasan; dan Allah menciptakan apa yang
kamu tidak mengetahuinya.”
Di
samping pemikiran-pemikiran secara umum, Al-Qur’an menyebutkan beberapa permasalahan
tentang hal-hal yang bermacam-macam:
·
reproduksi
dalam alam binatang,
·
adanya
masyarakat binatang,
·
pemikiran
tentang lebah, laba-laba dan burung-burung,
·
permasalahan
mengenai asal susu binatang.
REPRODUKSI DALAM ALAM BINATANG
Hal
ini secara sangat singkat disebutkan dalam:
ayat
45 dan 46 daripada Surat 53:
Artinya: “Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan
berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari air mani apabila dipancarkan.”
Pasangan
adalah kata-kata yang sama yang kita dapatkan dalam ayat-ayat yang membicarakan
reproduksi tumbuh-tumbuhan. Disini soal sex ditegaskan. Perincian yang sangat
mengagumkan adalah gambaran yang tepat tentang beberapa tetes zat cair yang
diperlukan untuk reproduksi. Kata yang sama yang menunjukkan sperma dipakai
juga untuk membicarakan reproduksi manusia dan hal ini akan kita bicarakan
dalam fasal yang akan datang.
TENTANG ADANYA MASYARAKAT
BINATANG
Surat
6 ayat 38:
Artinya: “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung
yang terbang dengan kedua sayapnya melainkan umat-umat (juga) seperti kamu.
Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhan
mereka-lah, mereka dihimpunkan.” (Al An’aam: 38)
Beberapa
hal dalam ayat tersebut harus kita beri komentar. Pertama-tarna: nasib
binatang-binatang sesudah mati perlu disebutkan. Dalam hal ini nampaknya
Al-Qur’an tidak mengandung sesuatu doktrin. Kemudian soal taqdir secara umum,
yang kelihatannya menjadi persoalan di sini, dapat difahami sebagai taqdir
mutlak atau taqdir relatif, terbatas pada struktur atau organisasi fungsional
yang mengkondisikan tindakan (behaviour). Binatang bereaksi kepada fakta luar
yang bermacam-macam sesuai dengan kondisi-kondisi tertentu.
Menurut
Blachere, seorang ahli tafsir kuno seperti Al Razi berpendapat bahwa ayat ini
hanya menunjukkan tindakan-tindakan instinktif yang dilakukan oleh binatang
untuk memuji Tuhan.
Syekh
si Baubekeur “Hamzah” (Sayid Abubakar Hamzah, seorang ulama Maroko) dalam
tafsirnya menulis: “Naluri yang mendorong makhluk-makhluk untuk berkelompok dan
berreproduk-si, untuk hidup bermasyarakat yang menghendaki agar pekerjaan
tiap-tiap anggota dapat berfaedah untuk seluruh kelompok.”
Cara
hidup binatang-binatang itu pada beberapa puluh tahun terakhir telah
dipelajari secara teliti dan kita menjadi yakin akan adanya
masyarakat-masyarakat binatang. Sudah terang bahwa hasil pekerjaan kolektif
telah dapat meyakinkan orang tentang perlunya organisasi kemasyarakatan. Tetapi
penemuan tentang mekanisme organisasi beberapa macam binatang baru terjadi
dalam waktu yang akhir-akhir ini. Kasus yang paling banyak diselidiki dan
diketahui adalah kasus lebah. Nama Von Frisch dikaitkan orang dengan
penyelidikan tersebut. Pada tahun 1973 Von Frisch, Lorenz dan Tinbergenmendapat
hadiah Nobel karena penyelidikan mereka.
PEMIKIRAN-PEMIKIRAN
TENTANG LEBAH, LABA-LABA DAN BURUNG-BURUNG
Jika
para ahli sistem syaraf ingin memberi contoh tentang organisasi yang mengatur
kelakuan binatang, maka binatang yang paling sering disebut adalah lebah,
laba-laba dan burung; khususnya burung-burung yang berpindah-pindah. Kita dapat
menguatkan bahwa tiga macam binatang tersebut memberi contoh yang sangat baik
tentang organisasi yang tinggi.
Bahwa
Al-Qur’an menyebutkan tiga macam binatang tersebut adalah sesuai dengan
ciri-ciri yang sangat menarik perhatian dari segi ilmiah mengenai
binatang-binatang tersebut.
Lebah
ini dalam Al-Qur’an menjadi sasaran komentar yang paling panjang.
Surat 16 ayat 68-69:
Artinya: “Dan Tuhan mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di
bukit-bukit, di pohon-pohon kayu dan di rumah-rumah yang didirikan manusia,
kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan
Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman
(madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat-obat yang
menyembuhkan manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (An Nahl: 68-69)
Adalah
sukar untuk mengetahui apa yang dimaksudkan dengan mengikuti jalan Tuhan dengan
rasa tunduk, kecuali jika kita memahaminya secara umum.
Apa yang dapat kita katakan, sesuai dengan pengetahuan kita tentang kelakuan
binatang-binatang itu adalah bahwa di sini sebagaimana juga dalam tiap-tiap
kasus dari tiga macam binatang yang disebutkan sebagai contoh dalam Al-Qur’an,
suatu penyusunan syaraf yang sangat istimewa merupakan pendorong atau dasar
kelakuannya. Kita mengetahui umpamanya bahwa dengan menari, lebah dapat
mengadakan perhubungan antara mereka. Dengan perantaraan tarian tersebut lebah
dapat memberi pengarahan kepada lebah lain atau memberi tahu di mana terdapat
bunga yang harus mereka isap. Pengalaman Von Frisch yang masyhur menunjukkan
arti gerakan lebah ini yang dimaksudkan untuk pertukaran informasi antara
lebah-lebah pekerja.
LABA-LABA
Laba-laba
disebutkan dalam Al-Qur’an untuk menekankan keremehan rumahnya, rumah yang
paling tidak tahan apa-apa. Adalah suatu tempat perlindungan yang sangat lemah,
mereka yang mencari Tuhan selain Allah, begitulah kata-kata Al-Qur’an.
Surat
29 ayat 41:
Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain
Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah, padahal sesungguhnya rumah
yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” [Al
‘Ankabuut:41]
Sarang
laba-laba tersusun dari benang sutra yang dikeluarkan oleh
kelenjar-kelenjar binatang itu, daya tahannya sangat rendah, dan karena
keremehannya orang tak memerlukan menirunya.
Ahli-ahli
alam (natur) mempertanyakan pola pekerjaan yang luar biasa daripada
sel-sel syaraf laba-laba yang memungkinkannya untuk membikin suatu rajut yang
ukurannya sangat sempurna’ Al-Qur’an tidak membicarakan soal ini.
Burung-burung
sering disebut dalam Al-Qur’an. Kita dapatkan dalam hikayat Ibrahim,
Yusuf, Dawud, Sulaiman dan Nabi Isa. Tetapi disebutkannya burung dalam
hikayat-hikayat tersebut tak ada hubungannya dengan pembicaraan kita sekarang
ini. Kita telah menyebutkan ayat yang menyinggung adanya masyarakat
binatang-binatang bumi dan burung-burung.
Surat 6 ayat 38:
Artinya: “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung
yang terbang dengan kedua sayapnya melainkan umat-umat juga seperti kamu.” (Al
An’aam: 38)
Ada
dua ayat lainnya yang menonjolkan tunduknya burung-burung kepada kekuasaan
Allah secara total.
Surat 16 ayat 79:
Artinya: “Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan
terbang di angkasa bebas, tidak ada yang menahannya selain daripada Allah.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi
orang yang beriman.” (An Nahl: 79)
Surat 67 ayat 19:
Artinya: “Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung- burung yang
mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang
menahannya (di udara) selain yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia maha Melihat
segala sesuatu.” (Al Mulk: 19)
Terjemahan
suatu kata dalam dua ayat tersebut di atas adalah sulit. Terjemahan yang kita
muat di sini menunjukkan bahwa Tuhan itu menguasai burung-burung. Kata kerja
bahasa Arab adalah “amsaka” yang arti dasarnya, memegang.
Kita
dapat merasakan hubungan antara ayat-ayat yang menekankan ke bersandaran
kelakuan burung kepada pengaturan Tuhan dengan hasil-hasil penyelidikan ilmiah
yang menunjukkan kemahiran beberapa jenis burung dalam mengatur kepindahan
mereka dari satu daerah ke daerah vang lain. Memang hanya adanya program kepindahan
yang terdapat dalam watak sesuatu macam binatanglah yang dapat menjadikan
binatang-binatang itu mengerti trayek yang sukar dan berbelit-belit bagi burung
muda yang tidak punya pengalaman dan tak punya orang yang menunjukkan jalan,
serta dapat pula kembali pada tanggal yang pasti kepada tempat asal mulanya.
Dalam
bukunya, Kekuatan dan Kelemahan (La puissance et la Fragilite), Professor
Hamburger menyebutkan contoh yang mashur mengenai burung (“multon”) di lautan
Pasifik dan pergeserannya dalam jarak 8 sampai 25.000 kilometer. Para ahli
sudah mengakui bahwa petunjuk-petunjuk yang kompleks untuk perjalanan itu telah
tertulis dalam sel syaraf burung-burung tersebut. Memang hal-hal tersebut sudah
teratur. Tetapi siapa yang mengaturnya.
Asal
zat-zat susu binatang dibicarakan dalam Al-Qur’an dan sesuai dengan Sains
modern (surat 16 ayat 66). Terjemahan dan tafsiran ayat ini adalah terjemahan
dan tafsiran pribadi pengarang buku ini oleh karena terjemahan-terjemahan
modernpun biasanya memberi ide yang sudah tak dapat diterima lagi.
Artinya: Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya
(berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi
orang-orang yang meminumnya. [An Nahl: 66]
Umpamanya:
Terjemahan Blachere: “Sesungguhnya kamu dapat pelajaran dalam
binatang-binatangmu. Aku memberi kamu minum dari susu yang murni dan segar
untuk peminum, yang berasal dalam perut mereka daripada bahan-bahan di antara
makanan yang telah dikunyah dan darah.”
Terjemahan
Hamidullah: “Sungguh terdapat hal-hal yang perlu difikirkan dalam ternakmu.
Daripada yang terdapat dalam perut, antara kotoran dan darah. Aku beri minum
kepadamu susu yang murni dan mudah diminum oleh peminumnya.”
Ahli-ahli
Psikologi yang ditanya mengenai teks tersebut mengatakan bahwa teks itu kabur,
karena tidak sesuai dengan Sains modern yang paling elementer. Kedua tafsir
tersebut di atas adalah karya orang-orang ahli ke Islaman yang ternama.
Tetapi
kita tahu bahwa seorang penterjemah walaupun ia ahli ke Islaman,
dapat saja melakukan kesalahan dalam terjemahan ilmiah, jika ia tidak menjadi spesialis dalam ilmu yang ia terjemahkan.
Terjemahan
yang sesuai menurut pemikiran saya adalah sebagai berikut:
“Sesungguhnya
bagi kamu, dalam binatang ternakmu terdapat suatu pelajaran. Aku memberi minum
kepadamu, dari zat yang terdapat dalam badan ternak itu dan yang terjadi karena
hubungan antara zat yang ada dalam usus dan darah, susu murni yang mudah
ditelan oleh mereka yang minum.”
Tafsiran
di atas sangat dekat dengan tafsiran Muntakhab, cetakan tahun 1973 yang disusun
oleh Majlis Tertinggi Urusan Islam di Cairo dan yang berdasarkan
penyelidikan-penyelidikan psikologi modern.
Dari
segi arti kata, terjemahan yang saya usulkan dapat diterangkan sebagai berikut.
Saya menterjemahkan: “dalam badan mereka” dan tidak seperti terjemahan Blachere
dan Hamidullah, “dalam perut mereka” oleh karena kata “batn” berarti juga
tengah-tengah dan di dalam sesuatu, di samping arti “perut.” Kata “batn” tidak
mempunyai arti anatomi yang pasti. Jadi terjemahan “di dalam badan binatang”
menurut pendapat saya sesuai dengan konteks.
Soal
“asal” zat-zat SUSU diterangkan dengan huruf “min” (dari) dan soal “hubungan”
diterjemahkan dengan huruf”baina” (antara) sebagai yang terdapat dalam dua
terjemahan lain, tetapi “baina” juga dipakai untuk menunjukkan antara
benda-benda atau antara orang-orang.
Dari
segi ilmiah, kita harus ingat kepada pemikiran psikologis agar dapat mengerti
arti ayat tersebut.
Zat-zat
yang pokok yang menjamin makanan sesuatu organisme datang dari transformasi
kimia yang terjadi sepanjang anggota-anggota pencernakan, zat-zat itu timbul
dari unsur-unsur yang terdapat dalam usus. Jika unsur-unsur dalam usus itu
sudah sampai waktunya untuk bertransformasi, unsur-unsur itu menembus
kulit-kulit usus dan mengarah ke alat-alat sirkulasi. Perpindahan ini terjadi
dengan dua cara: cara langsung dengan yang dinamakan “saluran-saluran
Lymphatique” atau cara tidak langsung dengan melalui pintu sirkulasi yang akan
menyampaikan kepada lever (hati) tempat unsur-unsur itu mengalami perubahan.
Dari hati, unsur-unsur itu menuju ke sirkulasi umum. Dengan cara ini, semua zat
diedarkan dengan peredaran darah.
Unsur-unsur
susu itu keluar dari kelenjar-kelenjar penyusuan yang mendapat bahan dari
kunyahan makanan-makanan yang dibawa oleh darah yang beredar. Jadi darah itu
bertindak sebagai pengumpul dan pembawa bahan-bahan yang berasal dari makanan
untuk dijadikan bahan bagi kelenjar-kelenjar penyusuan yang menghasilkan susu
atau dibawa ke anggota-anggota lain.
Dalam
hal ini semuanya bermula dari adanya isi usus dan dinding usus. Pemikiran yang jitu ini sesuai dengan hasil-hasil penyelidikan
kimia dan psikologi pencernakan. Hal ini tak diketahui orang
pada zaman Nabi Muhammad, dan hanya baru diketahui pada zaman modern. Adapun mengenai peredaran darah, baru saja diketemukan oleh
Halvey, yakni 10 abad sesudah Al-Qur’an diwahyukan. (baca: Pembentukan Susu Dalam Al-Qur’an : Dari Antara Kotoran dan Darah)
Saya
berpendapat bahwa adanya ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang mengisyaratkan kepada
ide-ide itu tak dapat diberi penjelasan manusiawi mengingat bahwa ide-ide itu
terbentuk pada zaman modern.
4. PELESTARIAN SATWA
Dalam beberapa ayat tersebut, jelas menunjukkan pentingnya melakukan perlindungan dan pelestarian terhadap hewan, baik hewan peliharaan ataupun hewan liar (satwa liar). Pun dalam menjaga keseimbangan ekosistem di bumi. Beberapa ayat Al Quran tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
Firman Allah SWT dalam Al Quran yang memuat perintah kepada manusia untuk selalu berbuat kebajikan (ihsan) antarsesama makhluk hidup, termasuk terhadap hewan, antara lain :
Dalam Al Quran Surat Al-An’am [6], ayat 38, Allah berfirman :
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ وَلا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ
Artinya : Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.
Dalam Al Quran Surat Al-Qashash [28], ayat 77, Allah berfirman :
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Firman Allah SWT dalam Al Quran yang menyebutkan Allah telah menjadikan dan menundukkan ciptaan-Nya untuk kepentingan manusia, antara lain:
Dalam Al Quran Surat Lukman [31], ayat 20, Allah SWT berfirman :
أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلا هُدًى وَلا كِتَابٍ مُنِيرٍ
Artinya : Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan.
Dalam Al Quran Surat Al Baqarah [2], ayat 29, Allah SWT berfirman :
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya : Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.
Dalam Al Quran Surat Al Baqarah [2], ayat 164, Allah SWT berfirman :
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Firman Allah SWT dalam Al Quran yang menyatakan tugas manusia sebagai khalifah di bumi untuk memakmurkan dan menjaga keseimbangan ekosistem, antara lain :
Dalam Al Quran Surat Al Baqarah [2], ayat 30, Allah SWT berfirman :
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ
Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Dalam Al Quran Surat Al An’am [6], ayat 165, Allah SWT berfirman :
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلائِفَ الأرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya : Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Firman Allah SWT dalam Al Quran yang menegaskan seluruh makhluk yang diciptakan oleh Allah (termasuk satwa) tidak ada yang sia-sia dan memiliki manfaat, antara lain :
Dalam Al Quran Surat Ali Imran [3], ayat 191, Allah SWT berfirman :
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya : (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
Firman Allah SWT dalam Al Quran Al Karim yang melarang manusia untuk berbuat kerusakan di bumi, termasuk di dalamnya terhadap satwa langka, antara lain :
Dalam Al Quran Surat Al A’raf [7], ayat 56, Allah SWT berfirman :
وَلا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ بَعْدَ إِصْلاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
Artinya : Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
Dalam Al Quran Surat Al Baqarah [2], ayat 60, Allah SWT berfirman :
وَإِذِ اسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلا تَعْثَوْا فِي الأرْضِ مُفْسِدِينَ
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: “Pukullah batu itu dengan tongkatmu”. lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.
Dalam Al Quran Surat Al Syuara’ [26], ayat 183, Allah SWT berfirman :
وَلا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلا تَعْثَوْا فِي الأرْضِ مُفْسِدِينَ
Artinya : Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.
Dalam Al Quran Surat Ar Rum [30], ayat 41, Allah SWT berfirman :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Itulah beberapa ayat dalam Al Quran yang memuat tentang perlindungan dan pelestarian hewan (satwa) termasuk dalam melestarikan ekosistem di bumi. Semoga mampu menyadarkan kita, utama muslim Indonesia, untuk senantiasa mencintai dan melestarikan lingkungan hidup beserta satwa dan ekosistemnya.
Berikut ibu sampaikan juga tayangan video youtube tentang tumbuhan yang bertasbih. Disimak ya!
https://www.youtube.com/watch?v=xXfpz96OKW4
Demikian materi yang ibu sampaikan, semoga bermanfaat!
DAFTAR PUSTAKA
McKnight, Tom L. 1984. Physical Geography A Landscape Appreciation. New Jersey (USA): Prentice-Hall, Inc.
https://acedadotco.wordpress.com/tumbuhan-dan-binatang/. Diakses tanggal 15 Mei 2021.
https://alamendah.org/2014/11/26/ayat-al-quran-tentang-pelestarian-satwa-dan-keseimbangan-ekosistem/. Diakses tanggal 15 Mei 2021.
https://www.youtube.com/watch?v=xXfpz96OKW4. Diakses tanggal 15 Mei 2021.