Kamis, 31 Mei 2018

Membuat M-Learning dengan Menggunakan Aplikasi iSpring Suite 8



Membuat M-Learning
dengan Menggunakan Aplikasi iSpring Suite 8  

A.  Pengertian M-Learning (Mobile Learning)
 Media Pembelajaran yang dikembangkan untuk perangkat  telepon genggam sering disebut dengan Mobile Learning (m-learning). Menurut Tamimuddin (2007).   Istilah  mobile learning ( m-learning)  mengacu   kepada   penggunaan   perangkat/divasi teknologi informasi (TI) genggam dan bergerak, seperti PDA, telepon genggan, laptop atau tablet PC, dalam pengajaran dan pembelajaran. Sedangkan menurut John Traxler (2005) Mobile Learning dapat diartikan penyedia pendidikan dimana satu-satunya   atau   setidaknya   dominan   menggunakan   teknologi   perangkat genggam atau perangkat palmTopM-Learning merupakan bagian dari electronic learning (e-learning) sehingga, dengan sendirinya, juga merupakan bagian dari distance learning.
M-Learning merupakan pembelajaran yang unik karena pembelajar dapat mengakses materi  pelajaran dimanapun dan kapanpun dia  mau.  Hal  ini  akan meningkatkan perhatian pada materi pembelajaran, membuat pembelajaran menjadi pervasif, dan dapat mendorong motivasi pembelajaran kepada pembelajaran sepanjang hayat (lifelong 2 learning). Selain itu, dibandingkan pembelajaran konvensional, m-learing memungkinkan adanya lebih banyak kesempatan untuk kolaborasi secara adhoc dan berinteraksi secara informal diantara pembelajaran.
Empy Effendi (2005:9) memaparkan kelebihan-kelebihan m-learning jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, diantarnya yaitu:
  1. Biaya rendah
  1. Fleksibilitas waktu
  1. Fleksibilitas tempat
  1. Fleksibilitas kecepatan pembelajaran
  1. Standarisasi pengajaran
  1. Efektivitas pengajaran
  1. Kecepatan distribusi

Mobile learning didefinisikan oleh Clark Quinn [Quinn 2000] sebagai : The intersection of mobile computing and e-learning: accessible resources wherever you are, strong search capabilities, rich interaction, powerful support for effective learning, and performance-based assessment. ELearning independent of location in time or spaceBerdasarkan definisi tersebut maka mobile learning merupakan model pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Pada konsep pembelajaran tersebut mobile learning membawa manfaat ketersediaan materi ajar yang dapat di akses setiap saat dan visualisasi materi yang menarik. Hal penting yang perlu di perhatikan bahwa tidak setiap materi pengajaran cocok memanfaatkan mobile learning.



Gambar 1. Skema dari bentuk m-Learning

Terdapat beberapa kemampuan penting yang harus disediakan oleh perangkat pembelajaran m-Learning, antara lain : adanya kemampuan untuk terkoneksi ke peralatan lain (terutama komputer),  kemampuan menyajikan informasi pembelajaran, dan kemampuan untuk merealisasikan komunikasi bilateral antara pengajar dan pembelajar. M-Learning adalah pembelajaran yang unik karena pembelajar dapat mengakses materi pembelajaran, arahan dan aplikasi yang berkaitan dengan pembelajaran, kapan-pun, dan dimana-pun. Hal ini akan meningkatkan perhatian pada materi pembelajaran, membuat pembelajaran menjadi pervasif, dan dapat mendorong motivasi pembelajar kepada pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning). Selain itu, dibandingkan pembelajaran konvensional, m-Learning memungkinkan adanya lebih banyak kesempatan untuk kolaborasi secara ad hoc dan berinteraksi secara informal diantara pembelajar.
Mobile learning merupakan paradigma baru dalam dunia pembelajaran. Model pembelajaran ini muncul untuk merespon perkembangan dunia teknologi informasi dan komunikasi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi bergerak, yang sangat pesat belakangan ini. Selain itu tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini, divais komunikasi bergerak adalah salah satu perangkat yang lekat dengan kehidupan sehari-hari aktor pembelajaran seperti pengajar dan siswa. Aplikasi mobile lerning saat ini masih berada dalam tahap pengembangan dan dikaji oleh para pakar.
Mobile learning merupakan interseksi dari mobile computing dan e-learning yang menyediakan : sumber daya yang dapat diakses dari manapun, kemampuan sistem pencarian yang tangguh, interaksi yang kaya, dukungan yang penuh terhadap pembelajaran yang efektif dan penilaian berdasarkan kinerja. Model alternatif pembelajaran yang memiliki karakteristik tidak tergantung lokasi dan waktu. Selain hal tesebut, model alternatif tersebut juga diharapkan mampu menyediakan fasilitas knowledge sharing dan visualisasi pengetahuan sehingga pengetahuan menjadi lebih menarik dan mudah dipahami. Konsep tersebut di harapkan dapat mendorong terwujudnya suasana pembelajaran yang baru dan dapat memotivasi semangat belajar siswa dan guru.

B. Penerapan mobile learning
Penerapan mobile learning memang sangat cocok untuk pembelajaran, namun ada juga Materi ajar yang tidak cocok mengadopsi konsep mobile learning antara lain : materi yang bersifat ”hands on”, keterampilan sebagai mana dokter gigi, seni musik khususnya mencipta lagu, interview skills, team work seperti marketing maupun materi yang membutuhkan pengungkapan ekspresi seperti tarian. Mempertimbangkan hal hal tersebut di atas maka penerapan mobile learning lebih baik pada jenjang pendidikan tinggi. Konsep mobile learning pada jenjang Pendidikan Tinggi yang diusulkan adalah sebagai berikut:
1.    konsep mobile learning di fokuskan untuk menyediakan kelas pembelajaran maya   yang memungkinkan interaksi antara guru dan siswa. Interaksi meliputi penyediaan materi ajar, ruang diskusi, penyampaian tugas dan pengumuman penilaian.
2.    Teknologi yang diadopsi sebaiknya efektif secara pedagogi dan dinilai sebagai sebuah sebuahpembaharuan. Selain itu teknologi yang dipilih sebaiknya mudah di akes dan tersedia  dengan distrubusi yang merata di lingkungan siswa maupun guru.
Pengukuran terhadap readiness atau kesiapan merupakan aktivitas yang perlu dilakukan. Hal ini disebabkan karena kesiapan terkait dengan keberhasilan penerapan mobile learning. Dalam konteks penerapan mobile learning kesiapan dapat dipahami sebagai kemauan dan kemampuan untuk menyelenggarakan dan berpartisipasi dalam mobile learning. Mobile learning readiness menyangkut semua stake holder yang terkait dengan penerapan mobile learning antara lain guru, siswa, pihak penyelenggara atau lembaga pendidikan dan pemerintah sebagai penyedia infrastruktur dan regulasi.
Guru diharapkan memiliki kemauan untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Kemauan untuk menerima teknologi informasi dan komunikasi menjadi pintu awal yang mempengaruhi faktor kesiapan lain yaitu ICT literacy. Kemauan menerima teknologi akan mempengaruhi terhadap kemauan untuk menggunakan dan mempelajari teknologi informasi dan komunikasi untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar. ICT literacy merupakan kemampuan teknis dan kognitif yang dimiliki guru untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses belajar mengajar. Siswa berperan sama pentingnya dengan guru dalam proses pembelajaran. Kemauan siswa untuk menerima teknologi juga merupakan dimensi kesiapan yang perlu diukur. Sedangkan dimensi kemampuan meliputi ICT literacy,  media akses, dan daya beli siswa dalam mengakses materi pembelajaran. ICT literacy terkait dengan kemampuan teknis dan kognitif siswa dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.

C. Keunggulan dan kekurangan mobile learning.
Mobile leraning memiliki kenggulan dan kekurangan, diantaranya :
1.    Kenggulan mobile leraning.
Perkembangan teknologi telah menciptakan pengembangan berbagai terobosan dalam pembelajaran. Di tengah perkembangann ini learner (pembelajar) bersinggungan dengan perangkat-perangkat teknologi komunikasi bergerak dan teknologi internet telah menjadi gelombang kecenderungan baru yang memungkinkan pembelajaran secara mobile atau lebih dikenal sebagai mobile learning (m-learning) memanfaatkan divais bergerak, khususnya telepon genggam. Kombinasi teknologi telekomunikasi dan internet memungkinkan pengembangan sistem mobile learning atau m-learning yang pada sisi klien memanfaatkan divais begerak, berinteraksi dengan sisi server, yaitu web server.
Meskipun saat ini m-learning masih berada pada tahap awal pengembangan serta relatif belum begitu mapan, namun, m-learning diperkirakan akan menjadi cukup pesat dalam jangka waktu dekat. Hal ini didukung oleh beberapa faktor :
a)    Sarana makin banyak, murah dan canggih.
b)   Perkembangan tekhnologi wireless / seluler ( 2G, 2.5G, 3G, 3.5G, 4G ).
c)    Tuntutan kebutuhan.
Sebuah penelitian juga menunjukan bahwa pembelajar cukup nyaman menatap tampilan layar perangkat yang relatif kecil dalam waktu dibawah 5 menit.
Beberapa kelebihan m-Learning dibandingkan dengan pembelajaran lain adalah:
a)    Dapat digunakan dimana-pun pada waktu kapan-pun,
b)   Kebanyakan divais bergerak memiliki harga yang relatif lebih murah disbanding harga PC desktop,
c)    Ukuran perangkat yang kecil dan ringan daripada PC desktop,
d)   Diperkirakan dapat mengikutsertakan lebih banyak pembelajar karena m-Learning memanfaatkan teknologi yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran e-Learning, independensi waktu dan tempat menjadi faktor penting yang sering ditekankan. Namun, dalam e-Learning tradisional kebutuhan minimum tetap sebuah PC yang memiliki konsekuensi bahwa independensi waktu dan tempat tidak sepenuhnya terpenuhi. Independensi ini masih belum dapat dipenuhi dengan penggunaan notebook (komputer portabel), karena independensi waktu dan tempat yang sesungguhnya berarti seseorang dapat belajar dimana-pun kapan-pun dia membutuhkan akses pada materi pembelajaran.

2.    Kekurangan mobile learning.
Mobile learning merupakan salah satu alternatif yang potensial untuk memperluas akses pendidikan. Namun, belum banyak informasi mengenai pemanfaatan divais bergerak, khususnya telepon seluler, sebagai media pembelajaran. Hal ini patut disayangkan mengingat tingkat kepemilikan dan tingkat pemakaian yang sudah cukup tinggi ini kurang dimanfaatkan untuk diarahkan bagi pendidikan.
Selain itu, saat ini masih sangat sedikit upaya pengembangan konten-konten pembelajaran berbasis divais bergerak yang dapat diakses secara luas. Kebanyakan konten yang beredar di pasaran masih didominasi konten hiburan yang memiliki aspek pendidikan yang kurang serta kebanyakan adalah hasil produksi dari luar negeri yang memiliki latar budaya yang berbeda dengan negera kita. Kenyataan ini memunculkan kebutuhan akan adanya pengembangan-pengembangan konten/aplikasi berbasis divais bergerak yang lebih banyak, beragam, murah dan mudah diakses.
Faktor yang menjadi keterbatasan pemanfaatan m-learning banyak terkait dengan keterbatasan pada divais. Saat ini kebanyakan divais bergerak memiliki keterbatasan layar tampilan, kapasitas penyimpan dan keterbatasan daya. m-learning juga memiliki lingkungan pembelajaran yang agak berbeda dengan e-learning atau pembelajaran konvensional. Dalam m-learning pembelajar lebih banyak memanfaatkan m-learning pada waktu luang (spare time) atau waktu idle (idle time) sehingga waktu untuk mengakses belajar juga terbatas.
Hal ini menyebabkan konten pembelajaran harus dirancang secara khusus dan tidak dapat dengan serta merta diadopsi dari modul pembelajaran e-learning atau pembelajaran tradisional. Penelitian yang saat ini ada masih banyak meng-eksplorasi kepada aspek-aspek teknis pengembangan software dan belum mendalami aspek lain berkait masalah usabilitas maupun aspek pedagogis dan aspek-aspek lainnya, sehingga diperlukan adanya penelitian-penelitian lebih lanjut yang lebih spesifik. Penelitian ini menunjukkan bahwa teknologi Java dapat dimanfaatkan sebagai salah satu enabler dari pemanfaatan m-learning. Java juga termasuk kategori software yang independen terhadap platform dan perangkat sehingga lebih banyak divais yang dapat menjalankan aplikasi Java.
Meskipun memiliki beberapa kelebihan, m-Learning tidak akan sepenuhnya menggantikan e-learning tradisional. Hal ini dikarenakan m-Learning memiliki keterbatasan-keterbatasan terutama dari sisi perangkat/media belajarnya. Keterbatasan perangkat bergerak antara lain sebagai berikut.
a)    Kemampuan prosesor
b)   Kapasitas memori
c)    Layar tampilan
d)   Catu daya
e)    Perangkat I/O
Kekurangan m-Learning sendiri sebenarnya lambat laun akan dapat teratasi khususnya dengan perkembangan teknologi yang semakin maju. Kecepatan prosesor pada divais semakin lama semakin baik, sedangkan kapasitas memori, terutama memori eksternal, saat ini semakin besar dan murah. Layar tampilan yang relatif kecil akan dapat teratasi dengan adanya kemampuan device untuk menampilkan tampilan keluaran ke TV maupun ke proyektor.

Gambar 2. Tampilan keluaran ke proyektor

Masalah media input/output yang terbatas (hanya terdiri beberapa tombol) akan teratasi dengan adanya teknologi layar sentuh (touchscreen) maupun virtual keyboard.

Gambar 3  Virtual Keyboard

Keterbatasan dalam ketersediaan catu daya akan dapat teratasi dengan pemanfaatan sumber daya alternatif yang praktis, mudah didapat dan mudah dibawa, seperti baterai cair, tenaga gerak manusia, tenaga matahari dan lain-lain.

Gambar 4 Proses pengisian daya dengan baterai cair

D. Jenis Konten
Konten pembelajaran dalam m-Learning memiliki jenis bermacam-macam. Konten sangat terkait dengan kemampuan divais untuk menampilkan atau menjalankannya. Keragaman jenis konten ini mengharuskan pengembang untuk membuat konten-konten yang tepat dan sesuai dengan karakteristik device maupun pengguna.
1. Teks
Kebanyakan divais saat ini telah mendukung penggunaan teks. Hampir semua telepon seluler yang beredar saat ini telah mendukung penggunaan SMS. Kebutuhan memori yang relatif kecil memuat konten berbasis teks lebih mudah diimplementasikan. Namun, keterbatasan jumlah karakter yang dapat ditampilkan harus menjadi pertimbangan dalam menampilkan konten pembelajaran sehingga perlu strategi khusus agar konten pembelajaran dapat disampaikan secara tepat dan efektif meskipun dengan keterbatasan ini. Salah satu contoh aplikasi pembelajaran berbasis teks/SMS adalah StudyTXT yang dikembangkan di salah satu Universitas di Selandia baru.
2. Gambar
Divais bergerak yang ada sekarang telah banyak mendukung pemakaian gambar. Kualitas gambar yang dapat ditampilkan dapat beragam dari tipe monokrom sampai gambar berwarna berkualitas tinggi tergantung kemampuan divais. File gambar yang didukung oleh divais umumnya bertipe PNG, GIF, JPG. Penggunaan gambar sebagai konten pembelajaran biasanya digabungkan dengan konten lain, misalnya teks.
3. Audio
Banyak perangkat bergerak saat ini telah mendukung penggunaan audio. Beberapa tipe file yang biasanya digunakan di lingkungan divais bergerak antara lain rm, mp3, amr dan lain-lain. Oleh karena file audio biasanya memiliki ukuran yang cukup besar, menyebabkan file audio tersebut harus diolah terlebih dahulu sehingga dapat digunakan di lingkungan divais bergerak yang memiliki kapasitas memori yang relatif kecil.
4.    Video
Meski dalam kualitas dan ukuran yang terbatas, beberapa tipe divais bergerak telah mampu memainkan file video. Format file yang didukung oleh divais bergerak antara lain adalah 3gp, MPEG, MP4, dan lain-lain. Sama seperti file audio, kebanyakan file video memiliki ukuran yang cukup besar sehingga harus dikonversi dan disesuaikan dengan keterbatasan divais.
5.   Aplikasi Perangkat Lunak
Konten yang cukup menarik adalah aplikasi perangkat lunak yang dipasang pada divais. Perangkat lunak dapat dikostumisasi sesuai kebutuhan sehingga akan lebih mudah dan intuitif untuk digunakan. Aplikasi perangkat lunak ini juga mampu menggabungkan konten-konten lain seperti teks, audio dan video sehingga menjadi lebih interaktif. Jenis aplikasi yang saat ini banyak digunakan antara lain aplikasi berbasis WAP/WML, aplikasi Java, aplikasi Symbian, dan lain-lain.

E. POTENSI M-LEARNING
M-Learning akan cukup tepat jika diterapkan di lingkungan dimana computer aided learning tidak tersedia. Hal ini dikarenakan pengguna yang telah terbiasa dengan penggunaan PC sebagai media belajarnya, ternyata lebih suka tetap memakai PC, sedangkan mereka yang tidak familiar dengan PC merasa penggunaan divais bergerak lebih atraktif dan lebih dapat diterima. Sistem yang optimal adalah menggabungkan m-Learning dengan e-Learning, dimana ada alternatif proses pembelajaran dilakukan dengan perangkat komputer dan/atau divais bergerak atau digabungkan dengan sistem tradisional.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengembangan m-Learning adalah bahwa tidak semua konten pembelajaran konvensional maupun konten pembelajaran e-Learning akan dapat ditransformasikan ke dalam konten m-Learning. Pengembangan pembelajaran mobile learning merupakan wacana baru yang masih perlu dieksplorasi dan dikaji lebih jauh sehingga nantinya dapat dihasilkan model pembelajaran berbasis mobile yang efektif, murah dan terjangkau.

F. Cara Membuat M-Learning dengan Menggunakan Aplikasi iSpring Suite 8 


1. Buka   file di microsoft power point yang digunakan ketika membuat multimedia interaktif.
 

 
2. Kemudian klik iSpring Suite 8, dan pilih PUBLISH, akan diperoleh tampilan seperti berikut:




Pada tampilan seperti gambar di atas, hal-hal yang   dilakukan adalah:
1)        Pertama kali pilih CD.
2)        Pada bagian presentation title silahkan ganti dengan judul yang sesuai dengan materi.
3)        Pada bagian local folder adalah alamat lokasi dimana anda menyimpan file m-learning.
4)        Pada bagian output options, pilih Mobile (HTMLS).





5)        Langkah berikutnya, pada bagian player pilih costumize.



6)        Setelah costumize dipilih akan diperoleh tampilan lay out.
       Pada bagian menu pilih layout, dan akan muncul tampilan seperti berikut:
a.    Pada bagian yang diberi kotak hitam, pastikan semua dalam kondisi none (dengan mengklik tanda panah dan pilih none.
 b.      Setelah selesai kemudian pilih Apply&Close pada bagian kiri atas.
 c.       Setelah itu akan muncul tampilan.
7)    kemudian klik PUBLISH.
8)   Jika sudah dipublish akan muncul tampilan proses. Jika proses sudah berhasil, akan diperoleh tampilan folder dan file dalam satu folder tersebut tinggal di-copy-kan pada handphone dengan menggunakan kabel data.
9)   Jika sudah berhasil di copy di handphone, maka tampilan dalam handphone akan tampil seperti gambar berikut.















REFERENSI

Effendi,  Empy dan Hartono Zhuang. (2005) "e-learning : konsep dan aplikasi / Empy Effendi " . Yogyakarta : Andi.
Kukulska-Hulme, A., & Traxler, J. (2005). Mobile Learning: A Handbook for Educators and Trainers. London: Routledge.
Tamimuddin, Muh. (2007).Mengenal Mobile Learning”, LIMAS Edisi 18. Yogyakarta : STEMIK AKAKOM.
         Quinn, Clark.  (2000). “The intersection of mobile computing and e-learning”.