Rabu, 22 Februari 2023

Mekanisme Transportasi Batuan Sedimen

 Mekanisme Transportasi Batuan Sedimen


Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan yang berasal dari sedimentasi mekanis (rombakan batuan asal), sedimentasi kimiawi (hasil penguapan larutan), dan sedimentasi organik (hasil akumulasi organik). Proses yang dialami batuan sedimen sebelum terbentuk menjadi batuan adalah transportasi, litifikasi, kompaksi, dan sementasi. Transportasi merupakan suatu proses dimana material-material pembentuk batuan sedimen terbawa dan terendapkan oleh adanya media air, angin, es, atau gletser. Transportasi batuan sedimen tergantung pada sifat material, sifat fisik dari agen transportasi, sifat fisik dari campuran agen transportasi dan material, serta gaya yang menyebabkan transportasi. Dua sifat yang mempengaruhi media untuk mengangkut partikel sedimen adalah berat jenis dan kekentalan media. Berat jenis media akan mempengaruhi gerakan media, terutama pada cairan. Kekentalan akan mempengaruhi kemampuan media untuk mengalir.
Mekanisme transportasi batuan sedimen dibagi menjadi tiga yaitu :

1) Transportasi suspensi (suspended load transport)
Transportasi suspensi merupakan mekanisme transportasi yang terjadi dimana partikel-partikel hasil pemecahan terbawa bersama air secara keseluruhan. Kecepatan arus akan mempengaruhi ukuran partikel yang dibawa. Semakin besar arus maka ukuran butir partikel lebih besar. Namun, kenyataan yang terjadi di alam hanya material partikel halus saja yang dapat terangkut oleh suspensi. Sifat dan struktur sedimen yang dihasilkan oleh transportasi suspensi ini adalah mengandung persentase masa dasar yang tinggi. Hal tersebut menyebabkan butirannya terlihat mengambang dalam masa dasar dan umumnya disertai pemilahan butir yang buruk. Pada transportasi suspensi, butiran sedimen yang diangkut tidak pernah menyentuh dasar aliran.

2) Transportasi bed load (bed load transport)
Transportasi bed load merupakan mekanisme transportasi yang terjadi dimana partikel yang lebih kasar dan padat bergerak sepanjang dasar perairan baik secara mengelinding, bergeser, atau meloncat-loncat. Hal tersebut terjadi disebabkan pengaruh tumbukan diantara partikel dan turbulensi, tetapi partikel tersebut selalu kembali ke dasar. Mekanisme transportasi dapat berubah dari suspensi menjadi bed load dan sebaliknya karena adanya perubahan kecepatan aliran. Mekanisme transportasi bed load dibedakan menjadi tiga yaitu :

a) Endapan arus pekat, sistem ini dihasilkan oleh kombinasi antara arus traksi dan suspense. Sistem arus ini biasanya menghasilkan endapan campuran antara pasir, lanau, dan lempung yang jarang-jarang berstruktur sialng siur dan lapisan bersususn. Arus pekat terjadi karena perbedaan kepekatan media. Hal itu disebabkan oleh perlapisan panas, turbiditi, dan perbedaan kadar garam. Akibat dari gravitasi, media yang lebih pekat akan mengalir di bawah media yang lebih encer.

b) Endapan arus traksi, sistem ini terjadi akibat arus suatu media yang membawa sedimen di dasarnya. Pada umumnya gravitasi lebih berpengaruh dari pada yang lainya seperti angin atau pasang-surut air laut. Sedimen yang dihasilkan oleh arus traksi ini umumnya berupa pasir yang berstruktur silang siur. Ciri yang dimiliki yaitu pemilahannya baik, tidak mengandung masa dasar, serta adanya perubahan besar butir mengecil ke atas (fining upward) atau ke bawah (coarsening upward) tetapi bukan lapisan bersusun (graded bedding). Dalam arus traksi dikenal dengan rezim aliran rendah (lower flow regime) dan rezim aliran tinggi (upper flow regime). Keduanya memilki hubungan terhadap arus searah dan silang siur. Dalam rezim aliran rendah, gaya dari gravitasi bumi lebih berpengaruh sehingga terbentuk onggokan-onggokan dan erosi. Sedangkan dalam rezim aliran tinggi, gaya momentum lebih berpengaruh dari pada gaya gravitasi sehingga akan membentuk onggokan yang lebih disebabkan oleh adanya penumpuan pada endapan yang lebih muda.

c) Endapan suspensi, endapan ini pada umumnya berbutir halus seperti lanau dan lempung yang dihembuskan oleh angin atau endapan lempung pelagik pada laut dalam.

3)  Transportasi Saltasi (saltation transport)

Saltasi artinya adalah meloncat. Transportasi ini umumnya terjadi pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya gravitasi yang mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar.

Gambar ini menunjukan proses mekanisme transportasi pada batuan sedimen









Mekanisme gerakan batuan sedimen

Mekanisme gerakan batuan sedimen yaitu pada dasarnya butiran-butiran sedimen bergerak di dalam media pembawa yang berupa cairan atau udara. Mekanisme tersebut terjadi dalam tiga cara yang berbeda yaitu menggelinding (rolling), menggeser (bouncing) dan larutan (suspension).


Gambar ini menunjukan mekanisme gerakan sedimen, dimana (A) adalah pergerakan sedimen dalam larutan (suspension), (B) adalah pergerakan sedimen dengan cara menggelinding (rolling), dan (C) adalah pergerakan sedimen 

Selasa, 14 Februari 2023

Fase-Fase Pengembangan Destinasi Melalui Tourist Area Life Cycle (TALC)

Fase-Fase Pengembangan Destinasi Melalui Tourist Area Life Cycle (TALC)


     Gambar 1 : Pemodelan Destinasi Wisata

Pengembangan Destinasi Melalui Tourist Area Life Cycle (TALC)

Pemodelan Tourist Area Life Cycle (TALC) yang diciptakan oleh Butler (1978) – Lihat Gambar 2.

TALC

Gambar 2: Tourist Area Life Cycle (TALC) by Richard Butler (1978)

Model fase TALC merupakan model yang dikembangkan dari keilmuan pemasaran dan bisnis melalui model Product Life Cycle (PLC)-nya yang sangat terkenal dikalangan product manager dan pemasar. Mungkin agak terkesan rumit, namun model TALC ini justru sangat membantu pengelola destinasi untuk mengetahui daerahnya di fase mana. TALC adalah model linear sederhana yang dikategorikan menjadi 6 fase, yaitu:

  1. Fase Explorasi (Exploration)

Fase ini adalah fase dimana suatu daerah baru mulai akan mengembangkan daerahnya menjadi destinasi wisata. Jenis atraksinya mayoritas bertemakan alam dan budaya yang belum dikembangkan secara serius. Fase ini merupakan fase awal ketika pemerintah daerah dan masyarakatnya mulai memikirkan untuk mengembangkan pariwisata daerahnya, melihat potensi yang dimilikinya. Inilah waktu yang tepat dimana perencanaan visi pariwisata (tourism visioning) mulai dipikirkan. Contoh daerah yang masuk tahap ini adalah Kawasan Ekonomi Khusus yang baru ditetapkan oleh pemerintah seperti KEK Tanjung Gunung di Pulau Bangka.

  1. Fase Keterlibatan (Involvement)

Fase ini merupakan fase dimana pengembangan destinasi wisata mulai serius dilakukan dan sektor pariwisata mulai dijadikan sebagai sumber pemasukan. Homestay mulai berkembang, investor mulai tertarik untuk berbisnis, pemerintah dituntut untuk mengembangkan infrastruktur dasar seperti jalan, bandara, fasilitas kesehatan, dan program pemberdayaan masyarakat. Pada fase ini juga sudah mulai terlihat musim kunjungan wisatawan. Selain itu sering terjadi kontak antara wisatawan dengan masyarakat lokal. Contoh daerah yang termasuk fase ini adalah Kabupaten Kendal yang mulai mengembangkan pariwisatanya dibawah kepemimpinan Bupati baru.

  1. Fase Pengembangan (Development)

Pada fase ini, pasar wisatawan sudah terdefinisi dengan baik. Kontrol dan keterlibatan masyarakat mulai berkurang akibat adanya campur tangan pemerintah pusat dalam pengembangan pariwisata dan infrastruktur. Atraksi utama mulai dikembangkan. Investor asing mulai masuk yang terdorong karena adanya pertumbuhan angka kunjungan wisatawan yang tinggi serta adanya potensi pasar wisatawan baru. Contoh destinasi yang masuk di fase ini adalah Mandalika, Lombok yang sedang mengembangkan Sports Tourism dengan sirkuit MotoGP Mandalika.

  1. Fase Konsolidasi (Consolidation)

Saat fase konsolidasi, pertumbuhan pariwisata mulai melambat. Hal ini bisa berarti dua kemungkinan. Yang pertama perlambatan ini disengaja karena pengelola destinasi ingin membatasi kunjungan dengan memberlakukan carrying capacity untuk menekan dampak negatif bagi destinasi. Selain itu juga bisa jadi pengelola ingin merubah segmen pasar menjadi lebih eksklusif. Kemungkinan yang kedua perlambatan tersebut tidak disengaja dikarenakan kejenuhan pasar dan kurangnya inovasi produk. Contoh destinasi yang tergolong fase ini adalah Labuan Bajo dengan Komodonya. Pemerintah pusat mencanangkan destinasi ini menjadi super premium yang mana hal ini juga dimaksudkan untuk menjaga kelestarian ekosistem dan kelangsungan hewan dilindungi Komodo agar terhindar dari arus pariwisata massal.

  1. Fase Stagnan (Stagnation)

Fase stagnan ditujukan untuk destinasi yang berada pada titik jenuh. Dampak dari pariwisata massal sangat jelas terlihat seperti sampah, degradasi sosial budaya, dan juga kebocoran ekonomi (economic leakage) yang tinggi. Akibatnya destinasi wisata jika tidak melakukan inovasi atau memikirkan ulang terhadap pola pembangunannya, wisatawan loyal tidak akan berkunjung lagi dan berpotensi menyebabkan penurunan jumlah kunjungan atau fase decline. Contoh destinasinya yang sedikit banyak menunjukan gejala ini adalah Bali Selatan dengan Kuta dan Legian-nya.

  1. Fase Peremajaan (Rejuvenation) & Penurunan (Decline)

Ada dua kemungkinan jika suatu destinasi sudah terjebak dalam fase stagnan. Pertama adalah terjadi penurunan atau declining dan yang kedua adalah melakukan inovasi dan berhasil masuk ke fase peremajaan. Peremajaan dan inovasi adalah fase yang dibutuhkan untuk dapat bertahan setelah fase stagnan. Hal ini sangat bergantung terhadap perencanaan yang matang dan rencana aksi yang syarat inovasi dan adaptif. Contoh yang dapat dilakukan oleh destinasi adalah pengembangan atraksi baru, pembangunan kepariwisataan berbasis pariwisata berkelanjutan, perubahan target pasar wisatawan, atau bisa juga dilakukan perubahan menengah dengan melakukan penyesuaian dan peningkatan terhadap fasilitas dan infrastruktur pariwisata.

Maka dari itu, hal yang pertama harus dilakukan oleh pengelola destinasi baik swasta maupun pemerintah adalah mengenali terlebih dahulu dimana destinasi  berada. Selanjutnya adalah menentukan strategi dan rencana aksi yang disesuaikan dengan fasenya masing-masing.