Contoh
Misal ada tiga kota P, Q, R, jumlah penduduk P = 30.000 orang, kota Q = 10.000 orang,
kota R = 20.000 orang. Jarak P ke Q adalah 100 km, jarak dari Q ke R adalah 50 km.
Hitunglah besarnya kekuatan interaksi dari ketiga kota tersebut!
Rumus Reilly dapat diterapkan jika:
1) kondisi penduduk/tingkat ekonomi tiap-tiap wilayah relatif sama,
2) kondisi alam/relief kedua wilayah relief sama,
3) keadaan sarana dan prasarana transportasi kedua wilayah relatif sama.
B. Teori Titik Henti
Teori ini dimanfaatkan untuk memperkirakan lokasi garis batas yang memisahkan
wilayah-wilayah perdagangan dari dua buah kota yang berbeda ukurannya. Dengan
teori ini, dapat diperkirakan penempatan lokasi industri atau pelayanan-pelayanan
sosial antara dua wilayah sehingga dapat dijangkau oleh penduduk kedua daerah
tersebut.
Contoh:
Ada tiga kota P, Q, R, penduduk P sebesar 30.000 orang, penduduk Q sebesar 10.000
orang, penduduk R sebesar 20.000 orang. Jarak P – Q adalah 100 km, jarak Q – R adalah
50 km. Tentukan lokasi titik henti antara P dan Q serta Q dan R!
C. Teori Potensi Penduduk
Potensi penduduk pada dasarnya menunjukkan kekuatan potensi aliran untuk tiap-tiap tempat, artinya berapa besar kemungkinan penduduk suatu wilayah untuk mengadakan migrasi dan berinteraksi dengan wilayah-wilayah lain di sekitarnya. Nilai potensi penduduk suatu wilayah digambarkan dengan isoplet yaitu garis-garis khayal pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki nilai potensi penduduk yang sama. Peta potensi penduduk bermanfaat dalam perencanaan pembangunan suatu wilayah.
D. Teori Grafik atau Indeks Konektivitas
Teori indeks konektivitas pertama kali dikemukakan oleh K.J. Kansky dalam tulisannya berjudul “Structure of transportation Networks”. Faktor yang mendukung kekuatan interaksi antar wilayah diantaranya adalah transportasi. Kualitas sarana dan prasarana transportasi sangat memperlancar mobilitas barang dan jasa dari suatu tempat ke tempat lain. Suatu wilayah dengan wilayah lain dihubungkan oleh jalur-jalur transportasi sehingga membentuk pola-pola jaringan tertentu dalam ruang di muka bumi (spatial network system). K.J. Kansky merumuskan, untuk mengetahui kekuatan interaksi antar wilayah dilihat dari jaringan jalan dengan rumus indeks konektivitas.
Zona Interaksi Desa Kota
Wilayah kota yang berinteraksi dengan wilayah pedesaan, kekuatannya tergantung
pada jarak ke pusat kota. Makin jauh dari kota makin lemah interaksinya. Wilayah-wilayah
interaksi tersebut membentuk lingkaran-lingkaran yang dimulai dari pusat kota sampai ke
wilayah pedesaan. Menurut Bintarto, wilayah-wilayah zona interaksi adalah sebagai
berikut.
a) City adalah sebagai pusat kota.
b) Suburban (subdaerah perkotaan), yaitu suatu wilayah yang lokasinya dekat dengan pusat kota, dan merupakan tempat tinggal para penglaju. Penglaju adalah penduduk
yang melakukan mobilitas harian (tanpa menginap) di kota.
c) Suburban fringe (jalur tepi subdaerah perkotaan), yaitu suatu wilayah yang melingkari
d) suburban dan merupakan peralihan antara desa dan kota.
e) Urban fringe (jalur tepi daerah perkotaan paling luar), yaitu suatu wilayah batas luar
kota yang mempunyai sifat-sifat mirip kota kecuali pusat kota.
f) Rural urban fringe (jalur batas desa – kota), yaitu suatu wilayah yang terletak antara
desa dan kota yang ditandai dengan penggunaan lahan campuran antara sektor
pertanian dan nonpertanian.
g) Rural, yaitu daerah pedesaan.
Pengaruh Interaksi Desa Kota
Wujud interaksi desa dan kota dalam kehidupan sehari-hari.
a. Pergerakan barang dari desa ke kota atau sebaliknya.
b. Pergerakan gagasan dan informasi dari kota ke desa.
c. Adanya komunikasi penduduk antara kedua wilayah tersebut.
d. Pergerakan manusia dalam bentuk rekreasi, urbanisasi, dan mobilitas penduduk.
Pengaruh positif yang timbul dari interaksi desa – kota adalah sebagai berikut.
a. Tingkat pengetahuan penduduk meningkat karena telah didirikannya sekolah dasar hingga sekolah menengah di pedesaan.
b. Lancarnya transportasi desa – kota dapat meningkatkan komunikasi dan pengiriman barang dari desa ke kota atau sebaliknya.
c. Masuknya teknologi tepat guna ke pedesaan di bidang pertanian dan peternakan dapat meningkatkan aneka produksi sehingga pendapatan masyarakat desa meningkat pula.
d. Masuknya para ahli ke pedesaan bermanfaat dalam menciptakan berbagai peluang yang berinteraksi ekonomi.
e. Bantuan dari pemerintah dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas di bidang wiraswasta.
f. Pengetahuan masalah kependudukan khususnya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) sudah tersebar ke desa-desa.
g. Berkembangnya organisasi sosial dan koperasi desa guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi desa.
Selain pengaruh positif di atas, interaksi desa – kota dapat menimbulkan pengaruh negatif.
a. Berkurangnya tenaga kerja produktif di desa karena penduduk desa berusia muda bekerja di kota.
b. Menyempitnya lahan pertanian, hilangnya kawasan hijau, dan berubahnya lahan desa.
c. Penetrasi kebudayaan kota ke desa yang kurang sesuai dengan budaya atau tradisi desa cenderung mengganggu tata pergaulan dan seni budaya desa.
d. Munculnya berbagai masalah sosial, seperti pengangguran, tunasusila, tunawisma, dan kriminalitas.
e. Munculnya daerah kumuh (slum area)