Membuat
M-Learning
dengan
Menggunakan Aplikasi iSpring Suite 8
A. Pengertian M-Learning (Mobile Learning)
Media Pembelajaran yang dikembangkan untuk
perangkat telepon genggam sering disebut
dengan Mobile Learning (m-learning). Menurut Tamimuddin
(2007). Istilah mobile learning ( m-learning) mengacu
kepada penggunaan perangkat/divasi teknologi
informasi (TI) genggam dan bergerak, seperti PDA, telepon genggan, laptop atau
tablet PC, dalam pengajaran dan pembelajaran. Sedangkan menurut John
Traxler (2005) Mobile Learning dapat diartikan penyedia
pendidikan dimana satu-satunya atau setidaknya
dominan menggunakan teknologi
perangkat genggam atau perangkat palmTop. M-Learning merupakan
bagian dari electronic learning (e-learning) sehingga,
dengan sendirinya, juga merupakan bagian dari distance learning.
M-Learning merupakan pembelajaran yang unik
karena pembelajar dapat mengakses materi pelajaran dimanapun dan kapanpun
dia mau. Hal ini akan meningkatkan perhatian pada
materi pembelajaran, membuat pembelajaran menjadi pervasif, dan dapat mendorong
motivasi pembelajaran kepada pembelajaran sepanjang hayat (lifelong 2
learning). Selain itu, dibandingkan pembelajaran konvensional, m-learing memungkinkan
adanya lebih banyak kesempatan untuk kolaborasi secara adhoc dan
berinteraksi secara informal diantara pembelajaran.
Empy Effendi (2005:9) memaparkan
kelebihan-kelebihan m-learning jika dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional, diantarnya yaitu:
- Biaya rendah
- Fleksibilitas waktu
- Fleksibilitas tempat
- Fleksibilitas kecepatan pembelajaran
- Standarisasi pengajaran
- Efektivitas pengajaran
- Kecepatan distribusi
Mobile learning didefinisikan
oleh Clark Quinn [Quinn 2000] sebagai : The
intersection of mobile computing and e-learning: accessible resources wherever
you are, strong search capabilities, rich interaction, powerful support for
effective learning, and performance-based assessment. ELearning independent of
location in time or space. Berdasarkan definisi tersebut maka
mobile learning merupakan model pembelajaran yang memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi. Pada konsep pembelajaran tersebut mobile learning
membawa manfaat ketersediaan materi ajar yang dapat di akses setiap saat dan
visualisasi materi yang menarik. Hal penting yang perlu di perhatikan bahwa
tidak setiap materi pengajaran cocok memanfaatkan mobile learning.
Gambar 1. Skema dari bentuk m-Learning
Terdapat beberapa kemampuan penting
yang harus disediakan oleh perangkat pembelajaran m-Learning, antara lain :
adanya kemampuan untuk terkoneksi ke peralatan lain (terutama komputer), kemampuan menyajikan informasi pembelajaran,
dan kemampuan untuk merealisasikan komunikasi bilateral antara pengajar dan
pembelajar. M-Learning adalah pembelajaran yang unik karena pembelajar dapat
mengakses materi pembelajaran, arahan dan aplikasi yang berkaitan dengan
pembelajaran, kapan-pun, dan dimana-pun. Hal ini akan meningkatkan perhatian
pada materi pembelajaran, membuat pembelajaran menjadi pervasif, dan dapat
mendorong motivasi pembelajar kepada pembelajaran sepanjang hayat (lifelong
learning). Selain itu, dibandingkan pembelajaran konvensional, m-Learning
memungkinkan adanya lebih banyak kesempatan untuk kolaborasi secara ad hoc dan
berinteraksi secara informal diantara pembelajar.
Mobile learning merupakan paradigma
baru dalam dunia pembelajaran. Model pembelajaran ini muncul untuk merespon
perkembangan dunia teknologi informasi dan komunikasi, khususnya teknologi
informasi dan komunikasi bergerak, yang sangat pesat belakangan ini. Selain itu
tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini, divais komunikasi bergerak adalah salah
satu perangkat yang lekat dengan kehidupan sehari-hari aktor pembelajaran
seperti pengajar dan siswa. Aplikasi mobile lerning saat ini masih berada dalam
tahap pengembangan dan dikaji oleh para pakar.
Mobile learning merupakan interseksi
dari mobile computing dan e-learning yang menyediakan : sumber daya yang dapat
diakses dari manapun, kemampuan sistem pencarian yang tangguh, interaksi yang
kaya, dukungan yang penuh terhadap pembelajaran yang efektif dan penilaian
berdasarkan kinerja. Model alternatif pembelajaran yang memiliki karakteristik
tidak tergantung lokasi dan waktu. Selain hal tesebut, model alternatif
tersebut juga diharapkan mampu menyediakan fasilitas knowledge sharing dan
visualisasi pengetahuan sehingga pengetahuan menjadi lebih menarik dan mudah
dipahami. Konsep tersebut di harapkan dapat mendorong terwujudnya suasana
pembelajaran yang baru dan dapat memotivasi semangat belajar siswa dan guru.
B. Penerapan mobile learning
Penerapan mobile learning memang
sangat cocok untuk pembelajaran, namun ada juga Materi ajar yang tidak cocok
mengadopsi konsep mobile learning antara lain : materi yang bersifat ”hands
on”, keterampilan sebagai mana dokter gigi, seni musik khususnya mencipta lagu,
interview skills, team work seperti marketing maupun materi yang membutuhkan
pengungkapan ekspresi seperti tarian. Mempertimbangkan hal hal tersebut di atas
maka penerapan mobile learning lebih baik pada jenjang pendidikan tinggi. Konsep mobile learning pada jenjang
Pendidikan Tinggi yang diusulkan adalah sebagai berikut:
1.
konsep
mobile learning di fokuskan untuk menyediakan kelas pembelajaran
maya yang memungkinkan interaksi antara guru dan siswa. Interaksi
meliputi penyediaan materi ajar, ruang diskusi, penyampaian tugas dan
pengumuman penilaian.
2.
Teknologi
yang diadopsi sebaiknya efektif secara pedagogi dan dinilai sebagai sebuah
sebuahpembaharuan. Selain itu teknologi yang dipilih sebaiknya mudah di akes
dan tersedia dengan distrubusi yang merata di lingkungan siswa maupun
guru.
Pengukuran terhadap readiness atau
kesiapan merupakan aktivitas yang perlu dilakukan. Hal ini disebabkan karena
kesiapan terkait dengan keberhasilan penerapan mobile learning. Dalam konteks
penerapan mobile learning kesiapan dapat dipahami sebagai kemauan dan kemampuan
untuk menyelenggarakan dan berpartisipasi dalam mobile learning. Mobile
learning readiness menyangkut semua stake holder yang terkait dengan penerapan
mobile learning antara lain guru, siswa, pihak penyelenggara atau lembaga
pendidikan dan pemerintah sebagai penyedia infrastruktur dan regulasi.
Guru diharapkan memiliki kemauan
untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Kemauan untuk menerima
teknologi informasi dan komunikasi menjadi pintu awal yang mempengaruhi faktor
kesiapan lain yaitu ICT literacy. Kemauan menerima teknologi
akan mempengaruhi terhadap kemauan untuk menggunakan dan mempelajari teknologi
informasi dan komunikasi untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar. ICT
literacy merupakan kemampuan teknis dan kognitif yang dimiliki
guru untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses belajar
mengajar. Siswa berperan sama pentingnya dengan guru dalam proses pembelajaran.
Kemauan siswa untuk menerima teknologi juga merupakan dimensi kesiapan yang
perlu diukur. Sedangkan dimensi kemampuan meliputi ICT literacy,
media akses, dan daya beli siswa dalam
mengakses materi pembelajaran. ICT literacy terkait dengan kemampuan teknis dan
kognitif siswa dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.
C. Keunggulan dan kekurangan mobile
learning.
Mobile leraning memiliki kenggulan
dan kekurangan, diantaranya :
1. Kenggulan mobile leraning.
Perkembangan teknologi telah
menciptakan pengembangan berbagai terobosan dalam pembelajaran. Di tengah
perkembangann ini learner
(pembelajar) bersinggungan dengan perangkat-perangkat teknologi komunikasi
bergerak dan teknologi internet telah menjadi gelombang kecenderungan baru yang
memungkinkan pembelajaran secara mobile atau lebih dikenal sebagai mobile
learning (m-learning) memanfaatkan divais bergerak, khususnya telepon genggam.
Kombinasi teknologi telekomunikasi dan internet memungkinkan pengembangan
sistem mobile learning atau m-learning yang pada sisi klien memanfaatkan divais
begerak, berinteraksi dengan sisi server, yaitu web server.
Meskipun saat ini m-learning masih berada pada tahap awal pengembangan serta relatif belum begitu mapan, namun, m-learning diperkirakan akan menjadi cukup pesat dalam jangka waktu dekat. Hal ini didukung oleh beberapa faktor :
Meskipun saat ini m-learning masih berada pada tahap awal pengembangan serta relatif belum begitu mapan, namun, m-learning diperkirakan akan menjadi cukup pesat dalam jangka waktu dekat. Hal ini didukung oleh beberapa faktor :
a)
Sarana
makin banyak, murah dan canggih.
b)
Perkembangan
tekhnologi wireless / seluler ( 2G, 2.5G, 3G, 3.5G, 4G ).
c)
Tuntutan
kebutuhan.
Sebuah penelitian juga menunjukan bahwa pembelajar cukup
nyaman menatap tampilan layar perangkat yang relatif kecil dalam waktu dibawah
5 menit.
Beberapa kelebihan m-Learning
dibandingkan dengan pembelajaran lain adalah:
a)
Dapat
digunakan dimana-pun pada waktu kapan-pun,
b)
Kebanyakan
divais bergerak memiliki harga yang relatif lebih murah disbanding harga PC
desktop,
c)
Ukuran
perangkat yang kecil dan ringan daripada PC desktop,
d)
Diperkirakan
dapat mengikutsertakan lebih banyak pembelajar karena m-Learning memanfaatkan
teknologi yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran e-Learning,
independensi waktu dan tempat menjadi faktor penting yang sering ditekankan.
Namun, dalam e-Learning tradisional kebutuhan minimum tetap sebuah PC yang
memiliki konsekuensi bahwa independensi waktu dan tempat tidak sepenuhnya
terpenuhi. Independensi ini masih belum dapat dipenuhi dengan penggunaan notebook
(komputer portabel), karena independensi waktu dan tempat yang sesungguhnya
berarti seseorang dapat belajar dimana-pun kapan-pun dia membutuhkan akses pada
materi pembelajaran.
2. Kekurangan mobile learning.
Mobile learning merupakan salah satu
alternatif yang potensial untuk memperluas akses pendidikan. Namun, belum
banyak informasi mengenai pemanfaatan divais bergerak, khususnya telepon
seluler, sebagai media pembelajaran. Hal ini patut disayangkan mengingat
tingkat kepemilikan dan tingkat pemakaian yang sudah cukup tinggi ini kurang
dimanfaatkan untuk diarahkan bagi pendidikan.
Selain itu, saat ini masih sangat
sedikit upaya pengembangan konten-konten pembelajaran berbasis divais bergerak
yang dapat diakses secara luas. Kebanyakan konten yang beredar di pasaran masih
didominasi konten hiburan yang memiliki aspek pendidikan yang kurang serta
kebanyakan adalah hasil produksi dari luar negeri yang memiliki latar budaya
yang berbeda dengan negera kita. Kenyataan ini memunculkan kebutuhan akan
adanya pengembangan-pengembangan konten/aplikasi berbasis divais bergerak yang
lebih banyak, beragam, murah dan mudah diakses.
Faktor yang menjadi keterbatasan
pemanfaatan m-learning banyak terkait dengan keterbatasan pada divais. Saat ini
kebanyakan divais bergerak memiliki keterbatasan layar tampilan, kapasitas
penyimpan dan keterbatasan daya. m-learning juga memiliki lingkungan
pembelajaran yang agak berbeda dengan e-learning atau pembelajaran
konvensional. Dalam m-learning pembelajar lebih banyak memanfaatkan m-learning
pada waktu luang (spare time) atau waktu idle (idle
time) sehingga waktu untuk mengakses belajar juga terbatas.
Hal ini menyebabkan konten
pembelajaran harus dirancang secara khusus dan tidak dapat dengan serta merta
diadopsi dari modul pembelajaran e-learning atau pembelajaran tradisional.
Penelitian yang saat ini ada masih banyak meng-eksplorasi kepada aspek-aspek
teknis pengembangan software dan belum mendalami aspek lain berkait masalah
usabilitas maupun aspek pedagogis dan aspek-aspek lainnya, sehingga diperlukan
adanya penelitian-penelitian lebih lanjut yang lebih spesifik. Penelitian ini
menunjukkan bahwa teknologi Java dapat dimanfaatkan sebagai salah satu enabler
dari pemanfaatan m-learning. Java juga termasuk kategori software yang
independen terhadap platform dan perangkat sehingga lebih banyak divais yang
dapat menjalankan aplikasi Java.
Meskipun memiliki beberapa
kelebihan, m-Learning tidak akan sepenuhnya menggantikan e-learning
tradisional. Hal ini dikarenakan m-Learning memiliki keterbatasan-keterbatasan
terutama dari sisi perangkat/media belajarnya. Keterbatasan perangkat bergerak
antara lain sebagai berikut.
a)
Kemampuan
prosesor
b)
Kapasitas
memori
c)
Layar
tampilan
d)
Catu
daya
e)
Perangkat
I/O
Kekurangan m-Learning sendiri
sebenarnya lambat laun akan dapat teratasi khususnya dengan perkembangan
teknologi yang semakin maju. Kecepatan prosesor pada divais semakin lama
semakin baik, sedangkan kapasitas memori, terutama memori eksternal, saat ini
semakin besar dan murah. Layar tampilan yang relatif kecil akan dapat teratasi
dengan adanya kemampuan device untuk menampilkan tampilan
keluaran ke TV maupun ke proyektor.
Gambar 2. Tampilan keluaran ke
proyektor
Masalah media input/output yang terbatas (hanya terdiri
beberapa tombol) akan teratasi dengan adanya teknologi layar sentuh
(touchscreen) maupun virtual keyboard.
Gambar 3 Virtual Keyboard
Keterbatasan dalam ketersediaan catu daya akan dapat
teratasi dengan pemanfaatan sumber daya alternatif yang praktis, mudah didapat
dan mudah dibawa, seperti baterai cair, tenaga gerak manusia, tenaga matahari
dan lain-lain.
Gambar 4 Proses pengisian daya
dengan baterai cair
D. Jenis Konten
Konten pembelajaran dalam m-Learning memiliki
jenis bermacam-macam. Konten sangat terkait dengan kemampuan divais untuk
menampilkan atau menjalankannya. Keragaman jenis konten ini mengharuskan
pengembang untuk membuat konten-konten yang tepat dan sesuai dengan
karakteristik device maupun pengguna.
1. Teks
Kebanyakan divais saat ini telah
mendukung penggunaan teks. Hampir semua telepon seluler yang beredar saat ini
telah mendukung penggunaan SMS. Kebutuhan memori yang relatif kecil memuat
konten berbasis teks lebih mudah diimplementasikan. Namun, keterbatasan jumlah
karakter yang dapat ditampilkan harus menjadi pertimbangan dalam menampilkan
konten pembelajaran sehingga perlu strategi khusus agar konten pembelajaran
dapat disampaikan secara tepat dan efektif meskipun dengan keterbatasan ini.
Salah satu contoh aplikasi pembelajaran berbasis teks/SMS adalah StudyTXT yang
dikembangkan di salah satu Universitas di Selandia baru.
2. Gambar
Divais bergerak yang ada sekarang
telah banyak mendukung pemakaian gambar. Kualitas gambar yang dapat ditampilkan
dapat beragam dari tipe monokrom sampai gambar berwarna berkualitas tinggi
tergantung kemampuan divais. File gambar yang didukung oleh divais umumnya
bertipe PNG, GIF, JPG. Penggunaan gambar sebagai konten pembelajaran biasanya
digabungkan dengan konten lain, misalnya teks.
3. Audio
Banyak perangkat bergerak saat ini
telah mendukung penggunaan audio. Beberapa tipe file yang biasanya digunakan di
lingkungan divais bergerak antara lain rm, mp3, amr dan lain-lain. Oleh karena
file audio biasanya memiliki ukuran yang cukup besar, menyebabkan file audio
tersebut harus diolah terlebih dahulu sehingga dapat digunakan di lingkungan
divais bergerak yang memiliki kapasitas memori yang relatif kecil.
4. Video
Meski dalam kualitas dan ukuran yang
terbatas, beberapa tipe divais bergerak telah mampu memainkan file video.
Format file yang didukung oleh divais bergerak antara lain adalah 3gp, MPEG,
MP4, dan lain-lain. Sama seperti file audio, kebanyakan file video memiliki
ukuran yang cukup besar sehingga harus dikonversi dan disesuaikan dengan
keterbatasan divais.
5. Aplikasi Perangkat Lunak
Konten yang cukup menarik adalah
aplikasi perangkat lunak yang dipasang pada divais. Perangkat lunak dapat
dikostumisasi sesuai kebutuhan sehingga akan lebih mudah dan intuitif untuk
digunakan. Aplikasi perangkat lunak ini juga mampu menggabungkan konten-konten
lain seperti teks, audio dan video sehingga menjadi lebih interaktif. Jenis
aplikasi yang saat ini banyak digunakan antara lain aplikasi berbasis WAP/WML,
aplikasi Java, aplikasi Symbian, dan lain-lain.
E. POTENSI M-LEARNING
M-Learning akan cukup tepat jika
diterapkan di lingkungan dimana computer aided learning tidak tersedia. Hal ini
dikarenakan pengguna yang telah terbiasa dengan penggunaan PC sebagai media
belajarnya, ternyata lebih suka tetap memakai PC, sedangkan mereka yang tidak
familiar dengan PC merasa penggunaan divais bergerak lebih atraktif dan lebih
dapat diterima. Sistem yang optimal adalah menggabungkan m-Learning dengan
e-Learning, dimana ada alternatif proses pembelajaran dilakukan dengan
perangkat komputer dan/atau divais bergerak atau digabungkan dengan sistem
tradisional.
Hal lain yang perlu diperhatikan
dalam pengembangan m-Learning adalah bahwa tidak semua konten pembelajaran
konvensional maupun konten pembelajaran e-Learning akan dapat ditransformasikan
ke dalam konten m-Learning. Pengembangan pembelajaran mobile learning merupakan
wacana baru yang masih perlu dieksplorasi dan dikaji lebih jauh sehingga
nantinya dapat dihasilkan model pembelajaran berbasis mobile yang efektif, murah
dan terjangkau.
F.
Cara Membuat M-Learning
dengan Menggunakan Aplikasi iSpring Suite 8
1. Buka file
di microsoft power point yang digunakan ketika membuat multimedia
interaktif.
2. Kemudian klik iSpring Suite
8, dan pilih PUBLISH, akan diperoleh tampilan seperti berikut:
Pada
tampilan seperti gambar di atas, hal-hal yang dilakukan adalah:
1)
Pertama kali pilih CD.
2)
Pada bagian presentation title
silahkan ganti dengan judul yang sesuai dengan materi.
3)
Pada bagian local folder
adalah alamat lokasi dimana anda menyimpan file m-learning.
4)
Pada bagian output options,
pilih Mobile (HTMLS).
5)
Langkah berikutnya, pada bagian player
pilih costumize.
6)
Setelah costumize dipilih
akan diperoleh tampilan lay out.
Pada
bagian menu pilih layout, dan akan muncul tampilan seperti berikut:
a.
Pada bagian yang diberi kotak hitam,
pastikan semua dalam kondisi none (dengan mengklik tanda panah dan pilih
none.
b.
Setelah selesai kemudian pilih Apply&Close
pada bagian kiri atas.
c.
Setelah itu akan muncul tampilan.
7) kemudian klik PUBLISH.
8) Jika sudah dipublish akan muncul tampilan proses. Jika proses sudah berhasil,
akan diperoleh tampilan folder dan file dalam satu folder
tersebut tinggal di-copy-kan pada handphone dengan menggunakan
kabel data.
9) Jika sudah berhasil di copy
di handphone, maka tampilan dalam handphone akan tampil seperti gambar berikut.
REFERENSI
Effendi, Empy dan Hartono Zhuang. (2005)
"e-learning : konsep dan aplikasi /
Empy Effendi " . Yogyakarta
: Andi.
Kukulska-Hulme,
A., & Traxler, J. (2005). Mobile Learning: A Handbook for Educators and
Trainers. London: Routledge.
Tamimuddin,
Muh. (2007).
“Mengenal Mobile Learning”, LIMAS
Edisi 18. Yogyakarta : STEMIK AKAKOM.
Quinn, Clark.
(2000).
“The intersection of mobile computing and
e-learning”.